REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktorat Jenderal Perhubungan Udara RI selaku pengawas penerbangan sipil di Indonesia membela keputusan untuk mencabut izin penerbangan Tigerair pekan lalu. Pihaknya mengatakan maskapai asal Australia telah dipanggil untuk menjelaskannya sendiri.
Tigerair yang sepenuhnya dimiliki oleh Virgin Australia, dituduh telah menjual tiket satu arah dari Bali ke Australia. Menurut Dirjen Perhubungan Udara, penjualan tiket satu arah ini telah melanggar aturan lisensi penerbangan yang dipegang Tigerair.
Tigerair membantah telah menjual tiket satu arah. Saat izin dicabut pekan lalu, ratusan penumpang sempat telantar di puncak musim liburan.
Maskapai ini kemudian diberikan penangguhan hingga Senin (16/1) untuk bisa menerbangkan lebih dari 2.000 penumpangnya pulang ke Australia, dengan kondisi para penumpang tersebut tidak ada yang kembali. Larangan itu kembali diberlakukan bagi Tigerair mulai Selasa (17/1).
"Jika Tigerair bersikukuh tidak bersalah, kami akan meminta mereka membuktikannya dan apakah mereka sengaja melanggar aturan, ini yang akan diselidiki. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara akan memanggil Tigerair untuk menjelaskan temuan di lapangan dan kami akan melakukan pengecekan silang bersama-sama," kata juru bicara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Agoes Soebagio kepada ABC News.
Pengawas penerbangan dan kedutaan besar Indonesia di Canberra telah menolak pernyataan Tigerair, yang menyebutkan persyaratan administrasi baru atau peraturan telah dilakukan. "Penyelidikan inspektur kami ini di bandara Bali menemukan Tigerair menjual tiket online dari Bali ke Australia. Ini adalah pelanggaran dari perjanjian yang sudah disepakati. Belum ada perubahan peraturan kami. Ini murni karena kami menemukan bukti pelanggaran. Jadi saya berharap ini juga [akan] meluruskan kesalahpahaman dari sisi Australia," kata Agoes.
Apakah Tigerair akan mendapatkan penalti?
Dirjen Perhubungan Udara mengatakan hukuman maksimal yang mungkin dijatuhkan pada maskapai adalah pencabutan izin secara permanen, meskipun negosiasi masih berlangsung. Maskapai berbujet juga bisa mengajukan untuk meneruskan lisensi yang sudah dimiliki, atau mengajukan permohonan lisensi berjadwal yang akan memberikan lebih fleksibel dalam penjualan tiket. Tapi untuk pilihan ini akan membutuhkan beberapa bulan.
Kepada ABC News, Dirjen Perhubungan Udara mengatakan larangan terbang bagi Tigerair terjadi di puncak musim liburan, karena pelanggaran meningkat baru-baru ini. Tigerair telah terbang menggunakan lisensi sewa antara Australia dan Bali selama delapan bulan terakhir.
"Inspektur kami telah menemukan pelanggaran, karena itu kami segera mengambil tindakan langsung. Saya rasa ini cukup adil," kata Agoes.
Diterbitkan oleh Erwin Renaldi pada 16/01/2016 pukul 11:00 AEST, dari laporannya yang berbahasa Inggris dan bisa dibaca disini.