REPUBLIKA.CO.ID, Gempa bumi berkekuatan 7,2 skala Richter (SR) mengguncang Kobe, Jepang pada 17 Januari 1995. Bencana alam yang terjadi pukul 05.47 pagi waktu setempat itu menewaskan sebanyak 6.433 orang.
Dilansir BBC, pusat gempa berada 24 Km di bawah pulau Awajisima dan 32 Km dari Kobe. Gempa berlangsung selama sekitar 20 detik, yang diikuti dengan beberapa gempa susulan.
Gempa Kobe merupakan salah satu gempa bumi terburuk dalam 47 tahun terakhir di Jepang. Hampir 27 ribu orang terluka, dan lebih dari 45 ribu rumah hancur.
Kehancuran terparah dialami pelabuhan Kobe. Apartemen, jalan layang, dan bangunan-bangunan lainnya di Osaka dan Kyoto juga mengalami kerusakan besar.
Stasiun televisi nasional NHK menyiarkan gambar Kota Kobe yang hancur dan penuh dengan asap mengepul. Ratusan orang terjebak di bawah reruntuhan bangunan, tapi pipa gas dan air yang juga rusak telah menghambat upaya penyelamatan.
Beberapa daerah mendapatkan pemadaman listrik, sehingga jutaan warganya menghabiskan malam tanpa listrik. Ratusan orang yang kehilangan rumah, terpaksa tidur di jalan-jalan dengan membawa selimut.
Perdana Menteri Jepang, Tomiichi Muruyama, segera memerintahkan pembentukan komite darurat untuk menangani dampak gempa dan mengirim pasukan untuk membantu operasi penyelamatan. Total biaya perbaikan kerusakan di Kobe diperkirakan lebih dari 100 miliar dolar AS atau Rp 1.300 triliun
Jepang adalah salah satu negara paling rawan gempa di dunia, dengan ribuan tremor kecil setiap tahun. Ilmuwan Jepang telah berusaha meningkatkan prediksi gempa, tetapi seismologi adalah ilmu eksak dan sangat sulit untuk meramalkan kapan dan di mana gempa akan terjadi.
Selanjutnya: Bill Clinton Digugat Atas Kasus Pelecehan Seksual