REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian menyayangkan terjadinya aksi kekerasan di Bandung beberapa waktu lalu. Aksi tersebut terjadi pasca pemeriksaan Habib Rizieq di Mapolda Jawa Barat dalam kasus dugaan penodaan terhadap Pancasila.
Kapolri mengimbau, supaya dalam setiap pemeriksaan agar Rizieq tidak membawa massanya. Sehingga kejadian rusuh pada (12/1) antara front pembela Islam (FPI) dan gerakan masyarakat bawah Indonesia (GMBI) dapat dihindarkan.
"Sebetulnya, saya berharap, kalau ada pemanggilan tolonglah jangan ada mobilisasi massa. Karena kalau ada mobilisasi massa akan terbentuk psikologi massa," ujar Tito di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Rabu (18/1).
Menurut Tito, psikologi massa itu berbeda dengan psikologi individu, psikologi individu bersifat rasional dan logis. Namun kalau psikologi massa itu terkadang cenderung irasional. "Kita susah mengendalikan massa 100 hingga 1.000 orang. Susah mengendalikannya dan sulit," kata Tito.
Oleh karena itu, menurut dia, sebaiknya Rizieq bukan datang dengan massa namun bisa dengan membawa pengacara saja. Apalagi pemanggilan polisi dalam proses penyelidikan bisa berkali-kali hingga sampai ke proses penyidikan. "Jadi tidak perlu kalau dipanggil ada pengerahan massa. Karena pengerahan massa dapat diartikan seolah akan menekan," kata Tito.
Penekanan, lanjut mantan Kapolda Papua ini, akan membuat penyidik menjadi tidak obyektif dan dapat mendikte penyidik. Kemudian berbuntut pada adanya massa lain pasalnya setiap isu akan ada yang pro dan kontra.
"Apalagi ini isunya Pancasila, sensitif karena ideologi negera. Pasti ada pro dan kontra. Oleh karena itu untuk menghindari itu jangan dipancing pengerahan massa. Bisa timbul pengerahan massa yang lain," paparnya.