REPUBLIKA.CO.ID, Irak menyerang dua kota Israel dengan rudal Scud pada 18 Januari 1991 untuk mendorong Israel agar ikut ke dalam Perang Teluk. Kota Tel Aviv dan Haifa diserang mulai pukul 03.00 dini hari waktu setempat ketika sebagian besar warga masih terlelap.
Tel Aviv dihantam delapan rudal yang meledak dan menyebabkan kebakaran besar. Namun, tidak ada korban tewas yang dilaporkan selain beberapa korban luka-luka.
Ini adalah pertama kalinya Tel Aviv diserang dan rusak berat dalam sejarah konflik Israel-Arab. Meski demikian, Irak gagal memprovokasi Israel untuk bergabung di Perang Teluk.
Israel memiliki pasukan militer terkuat di Timur Tengah. Mereka mengatakan, setiap serangan Irak akan dikenakan hukuman besar.
Presiden Amerika George W Bush mengeluarkan imbauan kepada Israel agar menahan diri untuk membalas serangan itu. Pasukan Sekutu kemudian diperintahkan membuat serangan mendadak khusus untuk menghancurkan peluncur rudal Irak yang bisa mengancam Israel.
Perdana Menteri Israel Yitzhak Shamir mengadakan pertemuan darurat antara komite pertahanan dengan menteri-menteri senior, dan perwira militer untuk memutuskan tanggapan Israel. Menteri Luar Negeri David Levy mengatakan, tidak ada keputusan yang diambil mengenai pembalasan yang akan dilakukan Israel.
"Israel berhak membalas dengan cara, dengan skala, dan metode yang dipilihnya sendiri," katanya, dilansir dari BBC.
Selanjutnya: Konferensi Perdamaian Pascaperang Dunia I Dimulai di Paris