Kamis 19 Jan 2017 00:36 WIB

Lelang SBN Tahan Potensi Pelemahan Pasar Obligasi

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Budi Raharjo
 Petugas bank melayani nasabah calon pembeli Obligasi Ritel Indonesia (ORI) 011 di Bank BRI Pusat, Jakarta,?Rabu (1/10).(Republika/Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Petugas bank melayani nasabah calon pembeli Obligasi Ritel Indonesia (ORI) 011 di Bank BRI Pusat, Jakarta,?Rabu (1/10).(Republika/Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren penguatan nilai tukar rupiah diharapkan menjadi sentimen positif di pasar obligasi. Lelang obligasi Surat Berharga Negara (SBN) juga menahan potensi pelemahan pada pasar obligasi.

Analis Senior Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada menjelaskan, di tengah kondisi yang tidak terlalu kondusif, pergerakan sejumlah harga cenderung bergerak variatif meski di beberapa seri masih dapat bergerak positif. Pelaku pasar masih selektif dalam melakukan transaksi meski dalam jumlah terbatas.

"Pergerakan rupiah yang cenderung terbatas menjadi perhatian pelaku pasar sehingga memengaruhi ritme pergerakan pasar obligasi," kata Reza, Rabu (18/1).

Adanya lelang obligasi SBN yang menarik minat pelaku pasar dengan kupon yang cukup menarik, kata Reza, setidaknya dapat menahan potensi pelemahan pada pasar obligasi. Ia mengatakan, diharapkan penguatan laju harga obligasi AS seiring respons atas sikap Trump yang mengkritik corporate tax plan yang diajukan dari parlemen AS dapat berimbas positif juga pada perdagangan obligasi dalam negeri.

Apalagi dengan sentimen masih menguatnya laju rupiah yang juga diharapkan akan semakin menambah sentimen positif. "Untuk itu, tetap waspada dan juga cermati berbagai sentimen yang ada untuk mengantisipasi perubahan harga di pasar obligasi," katanya.

Pada pergerakan SUN, terlihat yield bertenor pendek bersamaan dengan tenor menengah dan panjang masih bergerak naik, namun kembali terbatas meski terlihat masih berhimpitan dengan pergerakan yield di hari sebelumnya. Sementara, pada laju obligasi korporasi mencoba untuk kembali menguat meski dalam rentang yang terbatas juga.

Pergerakan yield untuk masing-masing tenor ialah untuk tenor pendek (1-4 tahun) rata-rata mengalami penurunan yield -7,56 basis poin (bps); tenor menengah (5-7 tahun) turun -1,30 bps; dan panjang (8-30 tahun) turun -4,75 bps.

Mulai adanya aksi jual masih membuat pergerakan harga obligasi cenderung melemah. Tak terkecuali pada seri obligasi benchmark. Pada FR0053 yang memiliki waktu jatuh tempo ±6 tahun dengan harga 99,22 persen memiliki yield 7,17 persen atau turun -3,43 bps dari sehari sebelumnya di harga 99,08 persen memilikiyield 7,21 persen.

Untuk FR0072 yang memiliki waktu jatuh tempo ±20 tahun dengan harga 102,59 persen dan yield 7,99 persen atau naik 0,30 bps dari sehari sebelumnya di harga 102,58 persen dan yield 7,98 persen.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement