Kamis 19 Jan 2017 08:55 WIB

Penukaran Uang NKRI Capai Rp 50 Miliar di Bali

Uang Rupiah baru usai peresmian pengeluaran dan pengedaran uang Rupiah Tahu Emisi 2016 di Bank Indonesia, Jakarta, Senin (19/12).
Foto: Republika/ Wihdan
Uang Rupiah baru usai peresmian pengeluaran dan pengedaran uang Rupiah Tahu Emisi 2016 di Bank Indonesia, Jakarta, Senin (19/12).

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali mengatakan penukaran uang Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun emisi 2016 di daerah setempat sudah mencapai Rp 50 miliar. Hal itu karena tingginya minat masyarakat memiliki uang baru tersebut.

Kepala Divisi Sistem Pembayaran, Manajemen Interen, Komunikasi dan Layanan Publik Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Zulfan Nukman di Denpasar, Kamis (19/1) menjelaskan penukaran uang baru itu salah satunya dilakukan melalui kas keliling.

Pengedaran uang baru itu juga dilakukan dengan memasok ke kantor kas titipan di Singaraja hingga mencapai Rp 3 miliar dan kas keliling ke beberapa kabupaten di antaranya Karangasem dan Jembrana. Tingginya penukaran uang NKRI tersebut diharapkan mewujudkan uang bersih atau /clean money policy di masyarakat sehingga uang lusuh dapat ditarik.

Uang bersih itu juga diharapkan dapat meningkatkan citra pariwisata Bali yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara.

Besarnya penukaran uang baru juga karena gencarnya sosialisasi yang dilakukan BI kepada masyarakat dan perbankan.  Sehingga mereka antusias memiliki uang terbaru yang memuat 12 pahlawan nasional dalam uang kertas dan logam tersebut.

Sosialisasi juga dilakukan sekaligus untuk meluruskan sejumlah isu yang berkembang di masyarakat terkait adanya persepsi sebagian pihak yang menyatakan uang baru yang diluncurkan 19 Desember 2016 itu memuat gambar terlarang palu dan arit. Padahal, Zulfan menambahkan, gambar tersebut bukan palu dan arit melainkan gambar logo BI dengan teknik rectoverso atau gambar saling isi. Gambar itu apabila dilihat dari sudut berbeda sebagai salah satu bentuk pengamanan agar tidak mudah dipalsukan.

Teknik rectoverso tersebut bahkan telah diaplikasikan BI sejak 1998. Ia juga menegaskan bahwa uang NKRI dicetak oleh satu-satunya percetakan negara yakni Peruri bukan lembaga swasta seperti yang dihembuskan dalam informasi di media sosial.

Uang baru itu, lanjut dia, memiliki tingkat pengamanan lebih tinggi di antaranya tanda air, gambar ornamen khas budaya daerah, benang pengaman yang terdapat pada bahan uang. Selain itu juga tanda teknik cetak di antaranya seperti rectoverso atau gambar saling isi, gambar tersembunyi multiwarna, gambar tersembunyi, kode untuk tuna netra, warna yang dapat berubah jika dilihat dengan sudut pandang berbeda serta tulisan yang sangat kecil.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement