REPUBLIKA.CO.ID, Selalu ada kesan mendalam dari perjalanan menelusuri jejak-jejak sejarah peradaban Islam yang agung. Tak hanya di tiga kota suci utama Islam yaitu Alquds, Makkah, dan Madinah, tetapi juga di kota lainnya yang pernah menjadi pusat tumbuh kembangnya peradaban Islam.
Salah satunya, Baghdad, ibu kota Irak. Berjuluk kota ‘seribu satu malam’, Baghdad menorehkan sejarah dengan tinta emas. Puncak kejayaan Islam tercatat sebagai mercusuar peradaban pada masa itu selama berabad-abad lebih.
Catatan perjalanan yang ditulis oleh Sekjen Ikatan Alumni al-Azhar Indonesia (IAAI) Muchlis M Hanafi berikut ini, mengisahkan penggalan sisa peradaban dan menguak keberkahan dari secuil peninggalan Rasulullah SAW yang sangat berharga, yaitu beberapa helai rambut Baginda Rasul!
Berikut catatan lengkap sosok yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Pengkajian Alquran Lajnah Pentashihan Alquran Kementerian Agama itu saat mengunjugi Baghdad :
"Satu hal yang paling membahagiakan dalam kunjungan ke Baghdad kali ini, saya berkesempatan mencium rambut Nabi Muhammad SA sebanyak dua kali.
Siang itu, Senin (16/2), persis di hari kelahiran Nabi, bersama sejumlah ulama Alquran dari berbagai negara kami berziarah ke makam Abu Hanifah Al-Nu'man (wafat 150 H), pendiri Mazhab Hanafi, di wilayah A'zhamiyah Baghdad.
Kepala Kantor Wakaf Sunni, yang memiliki otoritas keagamaan Muslim Sunni Irak, Seikh Abdul Lathif AL-Hemyem, turut mendampingi.
Memasuki komplek makam, saya teringat Imam Syafi'i yang selalu mengunjungi tempat itu ketika berada di Baghdad, berguru kepada murid-murid Abu Hanifah.
"Setiap kali menjumpai masalah, aku berwudhu, shalat dan berdoa di tempat itu. Masalah pun terselesaikan,” begitu kata Imam Syafi'i. Beliau tabarrukan di tempat itu. Ada keberkahan di situ.
Setelah mendapat penjelasan dan berdoa, Al-Hemyem mengeluarkan sebuah kotak dari kayu dengan kaca di bagian depannya. Dari jauh kulihat dalam kotak sebuah botol kaca kecil berisi rambut. Itulah rambut Baginda Rasul.
Subhanallah. Ada kerinduan, rasa haru, dan kebahagian muncul seketika. Satu persatu tamu yang hadir diberi kesempatan menciumnya. Seorang sahabat, Syekh M Ali Athafay, pakar ilmu qiraat dari Maroko menarikku ke depan.
"Saya bela kamu mendapatkan hakmu, mencium rambut Nabi,” kata Syekh Ali. Saya pun merangsek ke depan dan mencium kotak berisi rambut 'suci' itu. Setelah mundur ke belakang, gantian dengan yang lain, saya kembali ikut antri dan mendapat kesempatan sekali lagi.
Saya teringat hadis-hadis shahih yang menceritakan para Sahabat berlomba mendapatkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pribadi Rasulullah SAW.
Mulai dari potongan rambut, sisa air wudhu, keringat, dan sebagainya. Nabi langsung yang sengaja mebagikan potongan rambut saat haji wada. Dan Allah SWT berkehendak agar ada keberkahan di situ.
Khalid bin Walid, panglima perang tangguh, ternyata selalu menyelipkan beberapa helai rambut Nabi di kopiah yang selalu digunakannya setiap kali perang, dan selalu menang. Ternyata da keberkahan di situ.
Dulu Bani Israil juga begitu. Surah al-Baqarah mengisahkan setiap kali perang selalu bawa kotak persegi panjang (Tabut) berisi peninggalan Nabi Musa dan Nabi Harun. Terasa membawa ketenangan. Ada keberkahan di situ.
Potongan rambut yang berada di Baghdad tersebut merupakan hadiah persembahan Sultan Hamid II pada 1891.
Pemberian tersebut sebagai bentuk penghormatan kepada Makam Abu Hanifah. Dikeluarkan setiap upacara Maulid Nabi, Jumat terakhir Ramadhan dan acara malam Lailatul Qadar 27 Ramadhan.
Di luar itu hanya tamu-tamu kehormatan yang diberi kesempatan. Mudah-mudahan keberkahan rambut Nabi selalu menyertai saya dan umat Islam sekalian."