Kamis 19 Jan 2017 12:02 WIB

Luhut Pandang RI Berpotensi Jalin Bisnis Pragmatis di Era Trump

Rep: Crystal Liestia P/ Red: Indira Rezkisari
Luhut B Panjaitan
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Luhut B Panjaitan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan menyebutkan Indonesia bisa melakukan bisnis pragmatis dengan Amerika Serikat (AS) setelah terpilihnya Donald Trump sebagai presiden.

Lebih lanjut Luhut menjelaskan kebijakan luar negeri mantan Presiden Barack Obama telah mengintensifkan perbedaan antara negara-negara. "Presiden Trump adalah pragmatis yang cenderung mengadopsi pendekatan non-ideologis dan non-konfrontatif ke dunia politik yang beragam," kata Pandjaitan di sebuah opini yang dipublikasikan di surat kabar Straits Times Singapura, Rabu (19/1).

Sebagai orang dekat Presiden Joko Widodo, yang sudah berteman baik sebelum memasuki dunia politik,  Luhut dianggap memainkan peran penting dalam merumuskan kebijakan luar negeri, termasuk di Laut Cina Selatan. Di mana Cina dan Amerika Serikat berlomba-lomba untuk mendapatkan pengaruh di sana.

Komentar Luhut itu muncul setelah Cina bereaksi negatif terhadap komentar Trump dan beberapa anggota kabinet yang ditunjuk mengenai Taiwan. Kepatuhan AS terhadap kebijakan "satu Cina" dan pendudukan pulau Cina dan kesulitan kesepakatan di perairan yang disengketakan di Laut Cina Selatan.

Dalam penilaian paling luas dari Trump dari seorang anggota senior pemerintah Indonesia, Luhut mengatakan latar belakang bisnisnya ini akan memungkinkan dia untuk menyerang penawaran dengan negara-negara tanpa menilai 'politik warna kulit mereka'.

"Yang penting adalah apa yang mereka bawa ke meja," tulisnya.

Luhut mengatakan pendekatan ini akan menguntungkan Indonesia, karena akan ada sifat saling melengkapi dari ekonomi Indonesia dan AS. Dan janji Trump untuk menghapus IS, yang telah mengilhami setidaknya delapan plot militan di Indonesia dalam 18 bulan terakhir.

Seperti Trump, Presiden Joko Widodo adalah orang luar yang telah dicap sebagai "populis", tambahnya. "Kata itu digunakan oleh kaum intelektual liberal untuk menggambarkan orang-orang yang telah memiliki keberanian untuk naik ke kekuasaan luar berlapis emas, gerbang dijaga."

Luhut mengatakan kebijakan luar pemerintahan AS memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan. Dia mengatakan di bawah Presiden Barack Obama, keinginan ideologi Amerika untuk membentuk kembali dunia, termasuk Eropa, di citra Amerika membantu mempercepat krisis di Ukraina yang berakhir dengan Rusia mencaplok Krimea. Sedangkan poros ke Asia-Pasifik menyebabkan Cina mengabaikan hukum internasional di Laut Cina Selatan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement