REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar, mengusulkan untuk membangun dialog dengan lebih banyak kalangan. Selain umara atau pemerintah, ia berharap, Wantim MUI dapat merangkul ulama-ulama yang kerap berseberang pendapat dengan Majelis Ulama Indonesia.
"Kita rangkul mereka yang bermasalah atau dipermasalahkan," kata Nasaruddin di rapat pleno Dewan Pertimbangan MUI, Rabu (19/1).
Nasaruddin melihat, dampak dari pertemuan dengan tokoh-tokoh sentral akan memiliki efek yang sangat besar. Tentu, kata dia, tujuannya untuk umat Islam secara luas.
Selain tokoh-tokoh sentral pemerintah, Nasaruddin turut meminta Wantim MUI dapat mengundang dialog tokoh-tokoh yang selama ini mungkin kerap menjadi kontroversi. Bahkan, ia mengusulkan, Wantim MUI dapat mengundang dialog ulama-ulama yang selama ini mungkin memiliki pendapat yang berbeda dengan keputusan MUI.
Beberapa nama yang diusulkan seperti mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Buya Syafii Maarif, Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj dan Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus.
Senada, Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI) Din Syamsuddin, melihat dialog memang seharusnya dibangun sebagai ciri khas bangsa, baik ulama dengan umara maupun sesama ulama. Karenanya, ia mengungkapkan, rapat pleno Wantim MUI akan selalu menghadirkan tokoh-tokoh untuk berdialog.
"Kita akan selalu memilih posisi dialog, kita rajut komunikasi," ujar mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah tersebut.
Din mengingatkan, MUI merupakan wadah besar dari hampir semua ormas Islam di Indonesia, dengan Dewan Pertimbangan yang terdiri dari 70 Ketua Umum Pimpinan Pusat ormas-ormas Islam, ditambah 29 tokoh-tokoh atau cendekiawan Muslim di Indonesia. Maka itu, tentu dialog merupakan satu itikad baik demi kemajuan umat.