REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei terbaru Polmark Indonesia menempatkan elektabilitas pasangan calon Anies Baswedan dan Sandiaga Uno di urutan teratas pada Pilkada DKI 2017. Temuan tersebut bertolak belakang dengan hasil jajak pendapat yang dirilis Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA pada Selasa (17/1) lalu yang memenangkan pasangan calon Agus Yudhoyono dan Sylviana Murni (Agus-Sylvi).
Menanggapi hal itu, CEO Polmark Indonesia Eep Saefulloh Fatah mengatakan, setiap lembaga survei bisa saja menghasilkan mengumumkan hasil jajak pendapat yang berbeda-beda. Namun demikian, dari sekian banyak lembaga survei yang ada, tidak semuanya mampu melakukan fungsinya untuk memprediksi (to predict) hasil akhir dengan tepat.
Dia pun mencontohkan kasus yang terjadi pada Pilkada DKI 2012. Pada waktu itu, beberapa lembaga merilis hasil survei yang sangat beragam, sehingga membuat bingung publik.
"Banyak lembaga survei yang mengatakan kandidat pejawat Fauzi Bowo bakal menang dalam satu putaran ketika itu. Tapi ternyata hasil akhirnya malah sebaliknya," kata Eep kepada wartawan di Jakarta, Kamis (19/1).
Dia menuturkan, ajang pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI menjadi ujian tersendiri bagi lembaga-lembaga survei. Pada 2012, sebagian dari mereka tidak lulus ujian tersebut, karena gagal memetakan preferensi (kecenderungan) pemilih Jakarta dan memprediksi hasil akhir pilkada dengan benar.
Kini, pada Pilkada DKI 2017, lembaga-lembaga survei kembali melansir hasil jajak pendapat yang beragam. Kredibilitas mereka pun bakal dipertaruhkan ketika hasil akhir penghitungan suara diumumkan oleh KPU DKI.
"Akankah fenomena kegagalan banyak lembaga survei pada 2012 akan terulang kembali pada 2017 ini? Kita lihat saja nanti," kata Eep.