Jumat 20 Jan 2017 17:39 WIB

Minapadi Bisa Jadi Solusi Permasalahan Pangan

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Winda Destiana Putri
Bibit benih padi siap untuk ditanam di areal persawahan.
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Bibit benih padi siap untuk ditanam di areal persawahan.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Keterbatasan lahan pertanian menjadi masalah penyediaan pangan di masa mendatang. Namun demikian, Deputi Menko Perekonomian untuk pangan dan pertanian, Musdalifah Machmud menuturkan, hal tersebut dapat diatasi dengan metode pertanian minapadi.

Di mana penanaman padi dikombinasikan dengan ternak ikan di sawah. "Kita didorong untuk meningkatkan hasil panen beras. Padahal lahan juga semakin terbatas. Maka itu saya pikir minapadi ini bisa jadi solusi untuk pencapaian target produksi beras," kata Musdalifah saat ditemui di Cibuk Kidul, Margoluwih, Seyegan, jumat (20/1).

Selain mampu meningkatkan produktivitas padi, metode pertanian ini pun menghasikan manfaat lain berupa budidaya ikan. Sehingga selain memanen beras, petani juga bisa memanen ikan. Minimal ikan tersebut bisa dikonsumsi sendiri untuk memenuhi kebutuhan protein di dalam tubuh.

Musdalifah mengemukakan, konsumsi ikan di pulau Jawa masih sangat rendah, yakni hanya 20 Kg per tahun. Padahal idealnya 35 Kg per tahun per kapita. Oleh karena itu tidak heran jika anak-anak di pulau jawa masih banyak yang mengalami stunting atau kurang gizi.

"Maka dari itu, mulai sekarang kita harus mempromosikan kebiasaan makan ikan," katanya. Musdalifah meyakini, melalui minapadi, masyarakat dapat memperoleh beras dan ikan yang sehat, serta layak untuk dikonsumsi.

Sementara itu Bupati Sleman, Sri Purnomo menuturkan, keberadaan minapadi di Sleman memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat setempat. Khususnya dalam pemenuhan nutrisi warga. Karena itu menurut Sri, metode pertanian ini akan dikembangkan lebih lanjut.

"Ya nanti kami akan kembangkan minapadi ini di beberapa wilayah," katanya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sleman, konsumsi ikan warga setempat pada 2014 hanya mencapai 19 kg per kapita per tahun. Namun setelah 2015 meningkat sebanyak 16 persen atau 22,29 kg per kapita per tahun.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement