Sabtu 21 Jan 2017 15:27 WIB

Kontroversi Kehadiran Imam Muslim Saat Pelantikan Trump

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Teguh Firmansyah
Imam Magid.
Foto: Youtube
Imam Magid.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang imam Muslim di Amerika Serikat, Imam Mohamed Magid, turut serta dalam doa bersama lintas agama untuk pelantikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Meskipun dia memimpin doa untuk kaum Muslim, pilihannya tersebut menjadi kontroversial di kalangan Muslim.

Imam Mohamed Magid ikut dalam  doa bersama pada Sabtu (21/1) pagi dengan 26 pemuka agama lain. Sajid Tarar dari komunitas Muslim Amerika juga akan berdoa untuk Trump .

Doa bersama antaragama yang diselenggarakan di Washington National Cathedral adalah tradisi. Akan tetapi pernyataan Trump terhadap imigrasi Muslim telah menjadi kontroversi.

Direktur Eksekutif Council on American-Islamic Relations di Chicago Ahmed Rehab, memberikan komentar ketidaksepakatannya di Facebook. "Ini adalah masalah terbesar saya dengan partisipasi Imam Magid," ujarnya, dikutip dari Daily Mail, Sabtu (21/1).

Rehab menilai hal itu bukan keterlibatan yang berarti. Apalagi mengumandangkan azan untuk merayakan berkuasanya Donald Trump.

Seperti dikutip CNN, Magid mengatakan, "Banyak orang datang dengan pandangan negatif terhadap Nabi Muhammad, dan setelah keterlibatan dan untuk mengenal Nabi, mereka mengubah pikiran dengan cara yang positif."

Di Facebook, imam menulis dalam penjelasan panjang Jumat pagi.  Menurutnya, salah satu tugas dari pemimpin agama untuk menyampaikan kebenaran dan nilai-nilai Islam kepada semua orang, termasuk mereka yang berkuasa/ 

Magid adalah pemimpin komunitas Muslim Amerika Utara 2010-2014. Dia juga imam di semua kawasan komunitas Muslim di Dulles, yang bertujuan untuk memperkuat hubungan antara penegakan hukum suatu komunitas Muslim.

Kehadiran Magid memang memicu kontrovorsi mengingat sikap Trump yang cenderung negatif terhadap Muslim saat masa kampanye.

Baca juga,  Donadl Trump Menangkan Pilpres AS.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement