Ahad 22 Jan 2017 03:29 WIB

Komnas HAM Curiga Ada Pembiaran Berulangnya Kebakaran Pasar Senen

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Andri Saubani
 Manager Nasution
Foto: Republika/Fian Firatmadja
Manager Nasution

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Komisioner Komnas HAM RI Maneger Nasution mengaku prihatin dengan kembali tembakarnya Pasar Senen. Ia juga menyampaikan rasa simpati terhadap para pedagang. Sebab, dengan berulangnya kebakaran yang terjadi di Pasar Senen dan pemerintah belum juga cukup berbenah.

Melihat polanya, Maneger menyatakan, patut diduga pemerintah melakukan pembiaran dengan tidak hadir sebagaimana mestinya untuk menjamin tidak terulangnya peristiwa kebakaran. Menurutnya, pemerintah patut dimintai pertanggungjawaban, utamanya pemangku kepentingan di Pasar Senen atas dugaan pembiaraan atau setidaknya kelalaian.

“Untuk itu, pemerintah, pertama, terdekat harus memastikan tempat penampungan sementara para pedagang demi terpenuhinya hak atas pekerjaan dan hak atas kesejahteraan warga negara,'' kata Maneger, dalam siaran persnya, Sabtu (21/1). Kedua, lanjut dia, pemerintah harus memastikan dan menjamin adanya tempat relokasi bagi para pedagang yang selama ini ada di lokasi terbakar.

Tuntutan ketiga, pemerintah harus memastikan program revitalisasi Pasar Senen dilaksanakan transparan. “Harus utamakan pedagang dengan kategori UMKM. Pemerintah harus menjawab tuduhan sebagian publik bahwa tidak benar bahwa program revitalisasi adalah 'rekayasa' kelompok pemodal besar untuk menggusur UMKM,” ucap Maneger.

Maneger juga meminta Pemerintah melakukan pengawasan yang ketat terhadap kelaikan infrastruktur pada sekitar 152 pasar tradisional di Jakarta. Sehingga, arus pendek listrik tidak selalu jadi 'kambing hitam' setiap kasus kebakaran pasar terjadi. “Pemerintah juga harus menjamin tidak terulang lagi peristiwa yang sama di masa mendatang (guarantees of nonrecurrence),” ujar Maneger.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement