REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menghabiskan hari pertamanya di Gedung Putih dengan melancarkan serangan kepada media. Ini terkait dengan munculnya berita-berita yang memicu keretakan hubungan antara dirinya dan agensi intelijen CIA dan beredarnya foto-foto yang menunjukkan perbedaan masif dukungan rakyat Amerika pada saat pelantikan Trump dan saat momen inagurasi Barrack Obama.
Saat berkunjung ke kantor CIA, Trump berusaha mengklarifikasi pernyataan yang pernah ia lontarkan terkait komunitas intelijen tersebut. Trump membantah pernah menyamakan CIA dengan Nazi.
"Saya ingin kalian semua tahu bahwa saya mendukung penuh CIA," ujar Trump, di hadapan 300 karyawan agensi intelijen tersebut, seperti dikutip New York Times, Ahad (22/1).
Ia kemudian menyerang jurnalis dengan sebutan salah satu manusia paling tidak jujur di muka bumi. Tak hanya itu, Trump bahkan menyatakan bahwa ada 1,5 juta rakyat Amerika yang hadir dalam prosesi pelantikannya di Washington DC pada Jumat (20/1) lalu.
Presiden ke-45 Amerika Serikat itu kemudian mengutus Sekretaris Pers Gedung Putih, Sean Spicer, untuk membuat pernyataan pers demi membuat bantahan-bantahan baru. Spicer menuduh media telah secara sengaja memanipulasi foto kerumunan massa yang hadir dalam momen inaugurasi Presiden Trump. Ia menuding media ingin menciptakan perpecahan di tengah upaya Trump menyatukan seluruh elemen di Amerika Serikat.