REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak perempuan mengikuti aksi protes terhadap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Mereka yang berasal dari negara itu sendiri serta negara-negara lainnya di seluruh dunia turun ke jalan dengan berbagai alasan.
Hampir semuanya mengatakan ingin memperjuangkan hak-hak terhadap perempuan serta kesetaraan terhadap mereka. Dilansir ABC News simak apa saja yang membuat Kaum Hawa menggelar demonstrasi sepanjang dan setelah pelantikan Trump digelar di Washington, AS, Jumat (20/1).
Meredith Dutterer dari Clover, South Carolina menjadi perempuan pertama yang mengatakan alasannya ikut sebagai peserta aksi protes. Perempuan berusia 37 itu mengatakan datang ke Washington untuk memperjuangkan kesetaraan terhadap perempuan. "Saya hari ini datang bersama putri saya Ellie. Saya ingin mendukung kesetaraan perempuan agar anak saya memiliki masa depan lebih baik," ujar Dutterer.
Kemudian dari New Delhi, India, ada Logna Bezbaruah. Ia mengatakan dukungan terhadap perempuan diperlukan dan dapat dicontoh dari salah satu negara dunia, AS. "Saya ingin di negara ini dapat pergi keluar sepanjang hari tanpa merasa takut dan khawatir," ujar perempuan berusia 25 tahun itu.
Kemudian dari kota lainnya di India, Bangaluru aksi unjuk rasa terhadap Trump juga dilakukan oleh Kaum Hawa. Di sana, banyak perempuan yang berjuang melawan pelecehan seksual karena tindakan itu sering kali terjadi di sana. "Aksi protes ini juga menjadi bagian bahwa kami perempuan tidak bisa menerima tindakan pelecehan sebagai sesuatu yang normal, seperti yang terjadi di kota ini," jelas Gayatri Ashta.
Kemudian di London, Inggris diperkirakan ada 80 ribu orang yang mengikuti aksi protes setelah pelantikan Trump. Kebanyakan adalah perempuan yang ingin menujukan dukungan terhadap kaum mereka khususnya yang berada di AS. "Aku di sini menunjukkan dukungan bagi semua perempuan di AS. Mereka yang menyadari Trump telah resmi menjadi presiden negara itu perlu melihat bahwa kami tetap ada," ujar peserta peremoyan bernama Penny Dedman.
Kemudian di Barcelona, Spanyol sekitar 2500 orang mengikuti aksi protes. Tetap didominasi oleh perempuan, demonstrasi disebut digelar untuk mempertahankan hak-hak kaum mereka yang mungkin terancam di era kepempinan Trump. "Sudah waktunya bangun dan mewujudkan keinginan, serta hak-hak kita seluruhnya," kata Stephanie Loveless.
Kemudian dari Meksiko, perempuan menggelar demonstrasi. Mereka juga membawa spanduk bertuliskan 'Perempuan 'Kejam' Terus Berjuang' dan 'Perempuan Ingin Dapatkan Hak-hak Dasar'.
Laura Moodey mengatakan ia kecewa dengan apa yang Trump tampilkan saat pelantikannya. Ia yang berasal dari Phoenix, AS dan saat ini tinggal di Meksiko melihat miliarder itu akan memimpin negara, persis seperti retorika kampanye yang menyebalkan. "Nampaknya tidak ada yang berbeda dengan apa yang Trump kemukakan saat kampanye pahit tersebut," jelas Moodey.