REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Kota Sukabumi menjadi daerah lintasan yang rentan menjadi kawasan penyebaran kasus HIV-AIDS. Terlebih, saat ini sebagian besar kasus yang ditangani berasal dari luar Sukabumi.
"Daerah lintasan seperti Sukabumi memang rawan dalam penyebaran kasus HIV," ujar Koordinator Lembaga Penelitian Sosial dan Agama (Lensa) Sukabumi, Mahbud Alfariji kepada wartawan Ahad (22/1). Dimana, banyak pendatang dengan beragam latar belakang yang datang bekerja maupun berwisata ke Sukabumi.
Hal ini diperkuat dengan data dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Sukabumi. Jumlah kasus HIV-AIDS sejak 2000 hingga Nopember 2016 mencapai sebanyak 1.075 kasus. Rinciannya, sebanyak 576 kasus berasal dari warga luar Kota Sukabumi dan sisanya 499 kasus berasal dari warga Kota Sukabumi.
Baca juga: Tahun Depan, Vaksin HIV Baru akan Dipindahkan ke Fase Kedua
Mahbub menambahkan, kasus penyebaran HIV terbesar disumbang oleh lelaki seks lelaki (LSL). Jumlah LSL yang terdata pada 2016 mencapai sebanyak 760 orang. Dari jumlah tersebut sebagian besar berasal dari luar Sukabumi seperti dari Kabupaten Sukabumi.
Ratusan LSL tersebut sebagian besar atau sekitar 80 persen telah menjadi pemeriksaan HIV-AIDS. Di sisi lain, jumlah kasus HIV-AIDS di Kota Sukabumi masih cukup tinggi. Pasalnya, di sepanjang 2016 lalu masih ditemukan sebanyak 114 kasus baru HIV-AIDS.
"Dari hasil pendataan terakhir ada sebanyak 114 kasus baru dari Januari hingga Desember 2016 lalu," terang Ketua KPA Kota Sukabumi sekaligus Wakil Wali Kota Sukabumi, Achmad Fahmi. Hal ini disampaikan selepas acara rapat koordinasi penanggulangan AIDS 2017 di Kota Sukabumi.
Menurut Fahmi, dari 114 kasus tersebut hanya sebanyak 18 orang yang warga Kota Sukabumi. Sementara sebagian besarnya berasal dari luar Kota Sukabumi seperti dari Kabupaten Sukabumi dan Cianjur. Hal ini dikarenakan proses pemeriksaan dan penanganan warga luar kota tersebut dilakukan di Sukabumi.
Jumlah kasus HIV-AIDS baru tersebut menuru dibandingkan dengan 2015 lalu. Pada 2015 lalu kasus HIV dari Januari hingga Desember mencapai sebanyak 136 kasus.
Meskipun demikian lanjut Fahmi, program penanggulangan dan pencegahan HIV-AIDS harus terus digiatkan pada 2017 ini. Oleh karena itu KPA menggelar rakor bersama sejumlah elemen terkait lainnya dalam penanganan HIV. Ke depan lanjut Fahmi, KPA mengajak petugas dan relawan untuk bekerja lebih keras lagi dalam penanganan dan pencegahan HIV-AIDS.
Selain itu ia berharap kegiatan-kegiatan penanggulangan HIV-AIDS yang dilakukan pemda melalui satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait agar diintegrasikan dengan program-program KPA. "Hal ini dilakukan agar hasilnya efektif dan terkoordinasi," cetus Fahmi.
Upaya tersebut untuk mendukung target Sukabumi terbebas dari HIV-AIDS pada 2020 mendatang. Saat ini lanjut Fahmi, ada dua kelompok populasi kunci yang membutuhkan intervensi secara bersama-sama. Kedunya yakni kelompok LSL atau lelaki seks lelaki yang mengalami peningkatan kasus yang cukup signifikan. Selain itu kelompok pasangan resikoo tinggi (risti) yang di dalamnya adalah ibu rumah tangga (IRT).