REPUBLIKA.CO.ID, DARFUR -- Pemerintah di Darfur Utara menyebutkan pasukan Indonesia yang tergabung dalam misi menjaga perdamaian campuran di Darfur (UNAMID) ditangkap pada Jumat (20/1) waktu setempat di bandara Al Fashir, Sudan. Mereka mencoba menyelundupkan senjata dan amunisi yang disamarkan, seperti mineral berharga.
Informasi dari the Sudanese Media Centre menyebutkan berbagai senjata dan amunisi yang diselundupkan meliputi 29 senapan Kalashnikov, 4 senapan, 6 senapan GM3 dan 61 berbagai jenis pistol, dan juga berbagai amunisi dalam jumlah besar.
UNAMID dikabarkan meluncurkan penyelidikan setelah mengetahui insiden itu. Kekuatan UNAMID Indonesia itu berangkat setelah menyelesaikan layanan dalam kerangka perubahan rutinitas. Menurut pers Indonesia pada pekan lalu, Polri mengerahkan gugus tugas yang terdiri dari 140 personel untuk Darfur, sebagai bagian dari misi menjaga perdamaian untuk menggantikan tim sebelumnya dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Misi campuran telah dikerahkan di Darfur sejak Desember 2007 dengan mandat untuk menghentikan kekerasan terhadap warga sipil di wilayah Sudan barat itu. Ini adalah pasukan penjaga perdamaian internasional terbesar kedua dunia dengan anggaran tahunan 1,35 miliar dollar dengan hampir 20 ribu tentara.
Sudan, Uni Afrika dan PBB sejak dua tahun telah menyelenggarakan pembicaraan untuk mengeluarkan UNAMID dari Sudan Barat. Situasi keamanan stabil dan pemerintah telah berusaha membatasi kekerasan suku. Di mana sudah sukses dengan banyak orang pengungsi internal (IDP) yang memilih untuk kembali ke rumah asal mereka.
Hingga berita ini diturunkan, Republika belum bisa mengontak KBRI di Khartoum atau pun Dubes Sudan untuk Indonesia.