REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terang peradaban Islam terbit pula di Asia Tengah melalui karya-karya para cendekiawan terkemuka. Sebut saja al-Khawarizm (pakar matematika, penemu algoritma); al-Biruni (pakar astronomi); al-Farabi (filsuf; dijuluki Master Kedua sesudah Aristoteles); ibnu Sina (polymath, penulis al-Qanun fi al-Tibb); al-Farghani (pakar astronomi); dan Imam Bukhari (sarjana pengumpul hadis sahih; serta Bahauddin Naqshband Bukhari (pendiri tarekat Naqshbandiyah).
Warisan intelektual mereka menerangi tidak hanya Dunia Islam, tetapi juga cikal bakal Barat modern. Sumber peradaban Barat, khususnya kebudayaan Yunani Kuno, tidak mungkin muncul kembali bila bukan lantaran upaya penerjemahan dan studi kritis yang dilakukan para sarjana Muslim. Selain dalam hal pemikiran, bidang sains modern juga berutang pada geliat keilmuan Islami di Asia Tengah.ed: nashih nashrullah
Di samping progres keilmuan, situasi sosial pada masa keemasan tersebut juga cukup baik. Dalam catatan sejarawan Yahudi, Benjamin dari Tudela tahun 1170, kaum Yahudi diketahui hidup berdampingan secara damai dengan mayoritas Muslim. Ia memperkirakan, ada sekitar 50 ribu orang Yahudi di Samarkand saja.
Adapun Bukhara, menurut Dilip Hiro dalam bukunya, Inside Central Asia (2009) mengutip pernyataan yang dinilai umum pada masa tersebut: Bukan sang surya yang menyinari Bukhara, melainkan Bukhara-lah yang menerangi sang surya. Demikianlah, khususnya pada 1000 Masehi, Bukhara menjelma menjadi kota strategis tempat berpadunya kebudayaan dan progres keilmuan dari Timur dan Barat. Ini terutama berkat letaknya di tengah Jalur Sutra, yang memang sudah merupakan rute sibuk sejak satu abad SM.
Beberapa kerajaan besar Islam berasal dari Asia Tengah, misalnya, Kerajaan Timurid dan kemudian Kerajaan Mughal. Yang pertama tersebut didirikan Timurleng, sedangkan Mughal dirintis oleh keturunan Timurleng, yakni Raja Babur. Namun, pada akhirnya Kerajaan Mughal berlokasi di Anak Benua India setelah berhasil memasuki wilayah itu dari Celah Khaibar pada 1526. Seperti sudah disinggung sebelumnya, budaya Persia, bukan Arab, justru yang lebih berkembang di Asia Tengah.