REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Eritrea termasuk salah satu daerah Afrika yang pertama kali menerima sentuhan Islam. Kendati demikian, kehidupan kaum Muslimin di negeri itu jarang sekali diungkap oleh media arus utama dunia.
Eritrea terletak di kawasan tandus Afrika. Negeri ini berbatasan langsung dengan Laut Merah di timur, Sudan di barat, Etiopia di selatan, dan Djibouti di sebelah tenggara. Pada masa lalu, Eritrea merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Aksum (Habasyah).
Seperti halnya Ethiopia, Eritrea merupakan salah satu kawasan yang menerima Islam secara damai pada periode risalah Nabi Muhammad SAW. Dekatnya jarak Eritrea ke Makkah, membuat proses masuknya Islam ke negeri ini berlangsung alamiah.
“Hari ini, Islam telah mengakar kuat di Eritrea. Islam memberi warna tersendiri pada kultur, sejarah, dan norma-norma sosial masyarakat di negara tersebut,” tulis Ismael Mukhtar dalam makalah “Milestones in the History of Islam in Eritrea”.
Menurut catatan sejarah, Islam mulai masuk ke Eritrea sekira 615 M. Ketika itu, kaum Muslimin menghadapi gangguan dan penyiksaan yang kejam dari orang-orang kafir Makkah. Demi menyelematkan iman mereka, Rasulullah lantas memerintahkan para sahabat untuk hijrah ke negeri Habasyah.
Proses hijrah kaum Muslimin pada waktu itu dibagi menjadi dua gelombang. Gelombang pertama terjadi pada tahun kelima risalah Nabi (sekira 615 M). Rombongan ketika itu terdiri dari 11 laki-laki dan empat perempuan. Beberapa tokoh yang menonjol, di antaranya Ruqayah (putri Nabi Muhammad SAW) dan suaminya, Utsman bin Affan RA. Mereka menetap di Habasyah untuk waktu yang sangat singkat.
Gelombang berikutnya terdiri dari 83 laki-laki dan 18 perempuan. Mereka tinggal di Habasyah hingga tahun ke-8 Hijriyah (628 M). Dalam rombongan kedua ini terdapat Ja'far bin Abi Thalib RA. Dia adalah saudara sepupu Nabi SAW yang berperan penting dalam penyebaran syiar Islam di Habasyah.