REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Personel yang tergabung dalam pasukan perdamaian atau Force Police Units (FPU) di Darfur, Sudan, tertahan kepulangannya ke Tanah Air. Mereka yang terdiri atas 139 personel itu tertahan di Bandara Al Fashir karena diduga menyelundupkan senjata.
Menurut Anggota Komisi I DPR, Supiadin Aries Saputra kejadian tersebut harus segera ditangani serius oleh pemerintah dan Mabes Polri. Ia pun meminta agar pemerintah dalam hal ini Kementerian Luar Negeri dan Tim Investigasi Mabes Polri, segera menginvestigasi secara menyeluruh kejadian tersebut.
"Kemenlu harus turun tangan, Mabes Polri Kedubes, dan PBB untuk segera clear-kan, untuk investigasi secara menyeluruh persoalan ini," kata Supiadin Selasa (24/1).
Purnawirawan TNI tersebut mengatakan persoalan tersebut telah mencoreng nama baik pasukan perdamaian Indonesia, yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ia pun menyayangkan kejadian tersebut harus menimpa pasukan perdamaian Indonesia.
Ia sendiri menduga ada dua kemungkinan dari masuknya sejumlah persenjataan di barang-barang milik Polri. Pertama dugaan kesengajaan dari pihak penyelundup yakni oknum Polri sendiri. Kedua, dari pihak lain yang ingin menyusupi pihak pasukan Polri.
Menurutnya, unsur kesengajaan dari oknum Polri bisa saja dilakukan mengingat pengepakan barang dilakukan per satuan tugas, bukan per orangan. "Kalau per orangan kan tidak mudah, nah kalau organisasi gini kan satu rombongan, biasanya sudah paket, bisa saja ada kesengajaan, tapi ini perlu diuji," kata Supiadin.
Begitu pun kemungkinan kedua, soal dugaan pihak lain yang sengaja menyelundupkan senjata ke rombongan pasukan perdamaian juga sangat memungkinkan terjadi. Hal ini juga karena, pengepakan dengan sistem grup
"Bisa kemungkinan ada pihak lain, yang sengaja tau pasukan Polri mau pulang, lalu disisipkan, saya khawatir ini memang ada yang ingin disusupkan, karena ini grup," kata Anggota DPR dari Fraksi Partai Nasdem tersebut.
Menurut dia, mudah untuk mengecek apakah barang-barang tersebut memang kesengajaan dari oknum atau berasal dari pihak lain yang hendak menyusupkan senjata ke pasukan untuk menjatuhkan nama baik pasukan Indonesia. Ia menilai, pihak otoritas bisa mengecek apakah barang-barang tersebut memang dilabeli grup dari Indonesia atau tidak.
"Ada labelnya tidak, kalau ada label, grup Indonesia, berarti ada kesengajaan. Tapi kalau dia tidak ada label, berarti ada yang menyisipkan, yang ingin menjatuhkan nama baik pasukan perdamaian kita. Karenanya, perlu investigasi secara menyeluruh, ada kesengajaan, atau ada yang jahil," kata dia.
Menurutnya, kalau ternyata memang hasil investigasi menyatakan kedua kemungkinan tersebut, perlu ada tindakan tegas. "Itu harus ditindak tegas kalau ada yang sengaja, begitu juga kalau ada orang yang menyusupkan juga harus diinvestigasi, apa niatnya, susup menyusup ini kan sering terjadi juga," kata dia.