REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan untuk pendidikan dasar (diksar) mahasiswa pecinta alam (Mapala) memang harus naik gunung. Namun kondisi ril kesehatan orang berbeda-beda.
"Karena untuk menjadi anggota Mapala pada saat pendakian atau jalan perlu kondisi yang fit, seharusnya sebelum dilakukan kegiatan tersebut diperiksa kesehatannya, setidaknya tensinya," kata Gubernur DIY pada wartawan, di Kepatihan Yogyakarta, Selasa (24/1).
Terkait dengan informasi bahwa dalam diksar Mapala UII ada indikasi kekerasan, Sultan mempertanyakan yang dimaksud kekerasan seperti apa. "Saya tidak tahu kekerasannya seperti apa dan kekerasan itu belum tentu dipukul. Orang yang tidak bisa naik tangga tinggi itu ada yang biasa dan yang terengah-engah. Itu kalau dipaksa juga bisa dikatakan kekerasan. Pendidikan dasar Mapala itu seharusnya modelnya bukan pemaksaan seperti mlonco," kata Sultan.
Dia menambahkan, seharusnya yang senior itu mempunyai pengalaman lebih jauh dari adik kelas. Sehingga harus melindungi, bukan memaksakan diri kepada adik kelas yang kekuatannya berbeda dengan dirinya. "Saya mohon kondisi kesehatan seeorang harus diperhatikan karena ada batas toleransi dan tidak bisa dipaksakan apabila dalam kondisi capek. Kalau kondisinya sedang capek dan tidak fit, kalau dipaksakan akan menimbulkan masalah," kata Sultan menegaskan.