Selasa 24 Jan 2017 16:19 WIB

Pengangguran Sarjana di Bali Kian Banyak

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Winda Destiana Putri
Pengangguran (ilustrasi)
Pengangguran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pemerintah Provinsi Bali memperkirakan sebanyak 25 ribu mahasiswa lulus sarjana, namun tidak seluruhnya kemudian tertampung di dunia kerja. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Bali, Ketut Wija mengatakan masalah ketenagakerjaan menjadi persoalan mendesak yang membutuhkan solusi.

"Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mengeluarkan rilis yang menyatakan pengangguran di Bali untuk tingkat perguruan tinggi cukup tinggi," kata Wija di Denpasar, Selasa (24/1).

Pemerintah provinsi telah menggelar fokus grup diskusi untuk merumuskan mekanisme rekruitmen, pendidikan dan latihan, pendampingan dan evaluasi dalam rangka menciptakan lebih banyak wirausaha muda di Bali. Pemerintah daerah juga membahas kebutuhan anggaran dan fasilitas.

Penduduk Bali yang berusia di atas 15 tahun dan dikategorikan siap memasuki dunia kerja mencapai 3,18 juta jiwa. Sebanyak 77,24 persen atau 2,46 juta jiwa di antaranya adalah angkatan kerja, sementara sisanya 22,76 persen atau 725.979 jiwa masuk kategori bukan angkatan kerja.

Dari total jumlah angkatan kerja, 2,41 juta jiwa sudah bekerja, sedangkan sisanya sekitar 46 ribu orang atau 1,89 persen masih menganggur. Jumlah tersebut meski kecil secara nasional, namun cukup besar bagi Bali mengingat wilayahnya merupakan daerah tujuan wisata dunia yang seharusnya menyediakan cukup banyak lapangan kerja.

Tren peningkatan jumlah pengangguran pada kelompok lulusan sarjana sekitar 1,81 persen pada Februari 2016 menjadi 4,35 persen pada Agustus 2016. Hal yang sama tejadi pada kelompok lulusan diploma, dari 2,06 persen menjadi 4,44 persen.

"Jumlah lulusan SD dan SMP yang menganggur justru menurun karena mereka tidak pilih-pilih pekerjaan," kata Wija.

Wakil Ketua DPRD Bali, I Nyoman Sugawa Korry mengatakan tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali rata-rata enam persen per tahun. Angka ini diperkirakan terus tumbuh hingga tujuh persen.

"Ini seharusnya mendorong peningkatan kesempatan berusaha lebih banyak," ujarnya. Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan mempunyai infrastruktur, sumber daya manusia (SDM), teknologi, dan kemampuan lainnya. Perguruan tinggi diharap berperan aktif dan bersinergi mendorong pertumbuhan wirausaha muda di seluruh wilayah Bali. Jiwa wirausaha atau enetrpreneurship dapat dilahirkan melalui pendidikan dan pelatihan di perguruan tinggi.

Akademisi Universitas Udayana, Sayu Ketut Sutrisna Dewi menambahkan tingginya angka sarjana yang menganggur bisa diakibatkan lulusan yang terlalu banyak (over supply) secara kuantitas dan kualitas. Mental wirausaha lulusan sarjana juga masih rendah. "Ini mengakibatkan mereka kurang mampu bersaing secara global," katanya.

Data pemerintah provinsi juga menunjukkan lowongan pekerjaan yang ditawarkan melalui bursa kerja online di Bali mencapai 24 ribu lowongan. Sebanyak 25 persen dari lowongan itu tidak terisi, antara lain disebabkan kompetensi yang dimiliki pencari kerja dengan lowongan yang ditawarkan tidak terkait.

Sutrisna Dewi mengatakan Universitas Udaya setidaknya sudah mencetak 27 ribu lulusan sarjana, namun tidak seluruhnya terserap dunia kerja. Salah satu faktornya karena kurikulum pendidikan masih murni akademis, tanpa diimbangi pemberian ketrampilan profesi agar lulusannya siap terjun ke dunia kerja.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement