Selasa 24 Jan 2017 17:25 WIB

Taman Sejarah Kota Bandung Dibuka Meski Belum Diresmikan

Rep: Arie Lukhardianti/ Red: Yudha Manggala P Putra
Gedung Sate, Bandung
Foto: ROL
Gedung Sate, Bandung

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemkot Bandung, sudah membuka Taman Sejarah untuk umum, Selasa (24/1). Padahal, taman yang terletak di Jalan Aceh itu baru akan diresmikan pekan depan.

"Jadi peresmian itu, ada yang dibuka dulu baru diresmikan. Ada juga, yang diresmikan dulu baru dibuka. Nah, yang satu ini, dibuka dulu baru resmikan," ujar Wali Kota Bandung Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil kepada wartawan Selasa (24/1).

Taman Sejarah tersebut, terletak di J Aceh, tepatnya di bekas lahan parkir eks Dewan. Menurut Emil, untuk membangun taman ini, Pemkot Bandung mengeluarkan dana sekitar Rp 3,1 miliar. Di taman ini terdapat relif wajah Wali Kota Bandung yang diukir diatas kaca. "Jadi warga bisa tahu sejarah dengan cara yang lebih menyenangkan. Tidak hanya duduk di dalam kelas," katanya.

Untuk peresmiannya, kata Emil, direncanakan akan mengundang keluarga besar pendiri Kota Bandung, Wiranatakusumah. Karena, selama ini tidak banyak yang tahu, bahwa yang mendirikan Kota Bandung adalah Wiranatakusumah. "Hal ini banyak dilupakan oleh anak-anak sekarang," katanya.

Taman tersebut juga, kata dia, dikonsep sedemikian rupa, agar bisa dinikmati oleh anak-anak. Tersedia kolam yang airnya setinggi betis orang dewasa, untuk bermain anak-anak. "Jadi sepulang dari sini, selain gembira, juga mendapat pelajaran sejarah," katanya.

Menurut Emil, di taman ini pun masyarakat tak hanya akan belajar sejarah dengan cara yang lebih menyenangkan. Namun, Pemkot Bandung juga menyiapkan museum sejarah dengan literatur lebih lengkap. "Tapi museum sejarah tidak bisa diresmikan pekan ini. Mungkin, baru akan diresmikan Mei mendatang," katanya.

Emil berharap, ke depan bisa menggandeng komunitas sejarah. Agar, bisa mengisi waktu luang dengan event-event sejarah.

Terkait lahan parkir, kata dia, bagi para pengunjung taman-taman di sekitar balai kota, bisa parkir di taman Dewi Sartika. Ke depan, kalau pun keberadaan taman ini berpotensi kemacetan, menurut Emil, hal itu menjadi risiko kota wisata. "Lebih baik kotanya dibiarkan atau di bagusin, kan kalau sudah bagus banyak yang datang, ya risikonya macet," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement