REPUBLIKA.CO.ID, “Bapak ibu, berapa harga jagung di sini?” tanya Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dari atas panggung yang didirikan di tengah-tengah persawahan di Desa Pulo Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Selasa (24/1) sore.
Sesaat, tidak ada yang menjawab pertanyaan sang menteri. Padahal, sebelumnya Mentan juga menanyakan harga gabah kering panen kepada ratusan petani yang menghadiri acara Panen Raya dan Percepatan Tanam Padi Tahun 2017 di Blora. Ketika menjawab pertanyaan harga gabah, beberapa petani hampir serempak bersahut-sahutan menjawab. “
“Rp 3.800, Pak.” “Rp 3.700, Pak.” “Rp 3.500, Pak.” Para petani riuh menyebut harga gabah yang ditanyakan Mentan. Setelah memastikan harga gabah tidak ada yang di bawah harga pokok pembelian (HPP), Mentan pun beralih menanyakan harga jagung. Dalam keheningan sesaat, tiba-tiba seorang wanita berkaos panjang warna hijau berteriak.
“Rp 2.500, Pak,” kata perempuan berjilbab hitam itu.
“Apa? Rp 2.500? Nah, nah… Jangan cari perkara ini. Coba itu ibu yang berkerudung naik ke atas panggung. Sini…sini,” kata Amran.
Semula, perempuan setengah tua itu enggan menghampiri Mentan. Raut mukanya khawatir. Namun, setelah didampingi staf protokoler Kementerian Pertanian dan staf dari Dinas Pertanian Blora, barulah dia melangkah ke arah panggung. Sesampainya di podium tempat Mentan memberikan pidato, sang ibu langsung mencium tangan Amran. Dia pun langsung memeluk sang menteri.
“Saya jangan dimarahi, Pak,” katanya.
“Oh, nggak, nggak. Nggak dimarahi,” jawab Mentan sambil merangkul ibu petani desa setempat.
“Siapa nama ibu?”
“Jamini, Pak.”
“Tadi ibu bilang berapa harga jagung?”
“Rp 2.500, Pak.”
“Nah, nah… Ini mana bulog? Bukan direkturnya. Petugas lapangan Bulog mana? Tidak boleh ini jagung harganya murah begini. Beli minimal Rp 3.100. Tidak boleh petani dikibuli terus. Saya perintahkan beli sesuai HPP, Rp 3.100,” kata Mentan.
Amran pun mendesak Jamini menyebutkan siapa orang yang membeli jagung hasil panennya di bawah HPP. Awalnya, Jamini takut menyebutkan nama orang yang membeli jagungnya. Jamini beralasan takut dimarahi. Namun, setelah Mentan mengatakan akan melindungi dan meminta polisi ikut memproteksi Jamini, perempuan berusia 44 tahun itu akhirnya menyebutkan nama pembeli jagungnya.
“Coba itu Wakapolres (Wakapolres Blora hadir dan ikut duduk di atas panggung bersama pejabat lainnya, Red) cari orangnya. Bawa ke kantor polisi, tapi jangan dipenjarakan. Ditanya dulu kenapa belinya murah. Tidak boleh lagi ya. Presiden pesan ke saya, lindungi petani, jaga petani, sejahterakan petani. Jangan petani terus-terusan dikibuli,” ujar Mentan.
Setelah berdialog menanyakan identitas Jamini, kemudian Mentan meminta staf protokoler agar mengambil kunci sebuah hand tractor yang sebelumnya secara simbolis diberikan kepada kelompok tani di Blora. Kunci traktor itu langsung diberikan kepada Jamini.
“Ini traktor buat ibu. Langsung bawa pulang ya. Nanti bantuan yang buat Blora saya ganti.”
Seketika Jamini tampak haru. Dipeluknya tubuh Mentan. Dia pun kembali mencium tangan Amran seraya mengucapkan terima kasih.
“Ya, ya. Tapi karena ini bantuan pemerintah, nanti kalau ada tetangga yang pinjam dikasih ya. Kalau perlu sewa, bayar setengahnya saja,” pesan Mentan.
Turun dari pangggung, Jamini tak henti mengucap syukur. Kepada Republika, Jamini mengaku sempat takut dan gemetar. “Nganti dredeg (sampai gemetar), Mas. Amin, Ya Rabbal ‘alamin. Masya Allah. Matur nuwun sedoyo (terima kasih semua),” ujar Jamini.
Jamini mengaku hanya memiliki lahan dua petak. Lahan itu dia tanami padi, jagung, dan kacang tanah secara bergantian sepanjang tahun. Tak pernah ada dalam benaknya memiliki traktor. “Syukur Alhamdulillah, Mas. Pokoknya senang.”
Sebelumnya, Mentan menegaskan, saat ini pemerintah sedang melaksanakan program percepatan tanam untuk padi. Pemerintah ingin terus meningkatkan produksi padi kendati pada 2016 lalu produksi makanan utama masyarakat Indonesia sudah menembus rekor. Tahun lalu, berdasarkan data pra angka tetap (atap) Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi nasional mencapai 79,1 juta ton. Padahal, target awal produksi hanya 75 juta ton. Produksi padi sebesar itu merupakan yang tertinggi sepanjang Indonesia merdeka.
Mentan melanjutkan, pemerintah akan mendorong petani terus menanam tanpa putus di lahan-lahan sawah yang ada. Khusus untuk Jawa Tengah, lahan tanam siap panen pada Februari mendatang tidak kurang dari 420 ribu hektare. Padahal, tahun sebelumnya, luas tanam siap panen di Jawa Tengah hanya 240 ribu hektare.
“Dengan percepatan tanam dan panen tanam, panen tanam lagi, tidak akan ada lagi istilah bulan paceklik dan kita tidak akan impor. Justru kita sudah siap ekspor tahun ini,” ujar Mentan.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menegaskan, luas tanam sawah siap panen pada Februari yang mencapai 420 ribu hektare merupakan sejarah. “Jadi peningkatan hampir 100 persen, artinya saya mau berterima kasih kepada bupati, wali kota, penyuluh, dinas-dinas terkait atas partisipasi yang luar biasa. Mimpi kedaulatan pangan bisa kita dorong,” katanya.