REPUBLIKA.CO.ID, BANJUL — Presiden Gambia yang baru terpilih, Adama Barrow, dikabarkan menunjuk seorang perempuan sebagai wakilnya. Perempuan itu bernama Fatoumata Tambajang Jallow, mantan diplomat PBB yang juga pernah menjabat sebagai menteri kesehatan pada era kekuasaan Presiden Yahya Jammeh.
Penunjukan Jallow sebagai wakil presiden diungkapkan Barrow di Senegal, Selasa (24/1) waktu setempat. Keberadaannya di negara tetangga Gambia itu sendiri disebabkan adanya masalah keamanan di dalam negeri yang dia pimpin.
“Presiden Barrow saat ini sedang mempersiapkan kepulangannya (ke Gambia), Rabu (25/1) besok. Nanti akan diadakan perayaan penyambutannya di Stadion Kemerdekaan seperti yang telah direncanakan sebelumnya,” ujar juru bicara Presiden Barrow, Halifa Sallah, kepada wartawan seperti dikutip laman World Bulletin.
Barrow sendiri resmi dilantik menjadi presiden pada Kamis (19/1) pekan lalu, bertempat di di Kedutaan Gambia di Dakar, Senegal. Prosesi pelantikan Barrow harus dilakukan di negeri tetangga lantaran presiden Gambia sebelumnya, Yahya Jammeh, bersikeras menolak mundur dari jabatannya meskipun telah kalah dalam pemilu pada Desember lalu.
Namun suhu politik di Gambia kini tampaknya mulai berangsur mereda. Pasalnya, Jumat (20/1) lalu, Jammeh akhirnya memutuskan mundur dari posisinya secara damai. Meski demikian, dia tetap menolak disebut kalah dalam pemilu lalu.
Pada Ahad (22/1) malam, pasukan militer regional juga berhasil mengambil alih Istana Negara Gambia dan melucuti semua tentara pro-Jammeh yang berjaga di gedung itu. Aksi tersebut mereka lakukan menjelang kedatangan presiden yang baru terpilih, Adama Barrow.
Akibat konflik politik antara Jammeh dan Barrow tersebut, sekira 45 ribu warga Gambia pun terpaksa melarikan diri dari negerinya karena takut terimbas oleh krisis yang terjadi. Namun, pada Senin (23/1) lalu, ribuan warga Gambia yang mengungsi ke Senegal mulai kembali berdatangan ke tanah asal mereka.