REPUBLIKA.CO.ID, ASTANA -- Rusia dan negara-negara kuat regional seperti Turki dan Iran menjadi pendukung masing-masing pihak yang berperang di Suriah. Menteri Luar Negeri Kazakhstan Kairat Abdrakhmanov mengatakan, negara-negara kuat akan membuat sistem untuk mengamati dan memastikan masing-masing pihak yang berperang di Suriah mematuhi gencatan senjata.
Kepala Negosiator Pemerintah Suriah Bashar Ja'afari mengatakan, serangan terhadap kelompok oposisi pemberontak akan dilakukan di barat Damaskus akan dilakukan. Sedangkan kelompok oposisi pemberontak mengatakan, pelanggaran gencatan senjata kebanyakan dilakukan pada 30 Desember.
Di Barat Laut Suriah, pertempuran terjadi antara Jabhat Fateh al-Sham dan faksi-faksi Free Syrian Army yang diwakili di Astana. Free Syrian Army diusir dari Kota Aleppo bulan lalu oleh Pemerintah Suriah dan sekutunya.
Sedangkan di Astana, utusan kelompok oposisi dan Pemerintah Suriah melakukan pembicaraan tak langsung untuk pertama kalinya selama sembilan bulan. Turki mendukung kelompok oposisi sedangkan Rusia mendukung Presiden Suriah Bashar al-Assad.
"Kami berusaha mengatur, untuk memberikan kesempatan lahirnya proses di Astana," kata Kepala Delegasi Rusia Alexander Lavrentyev, Selasa, (24/1).
Teks proses perdamaian Suriah di Astana tak menyebutkan detil gencatan senjata di Suriah 30 Desember. Seorang diplomat barat mengatakan, para delegasi dari negara-negara kuat akan bertemu di Astana pada 6 Februari mendatang untuk membicarakan mekanisme.