REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pedagang yang menjadi korban kebakaran Pasar Senen terpaksa menjual barang dagangannya di pinggir jalan di depan pasar tersebut. Barang-barang yang mereka jajakan merupakan sisa kebakaran yang terjadi pada Kamis (19/1) tersebut.
Berdasarkan pantauan Republika.co.id, Rabu (25/1), pedagang tersebut tampak berjejer di bahu jalan bahkan terdapat dagangan pakaian mereka yang sampai menjorok ke tengah jalan. Masyarakat tampak penuh di jalur pejalan kaki tersebut. Para pembeli juga tidak sedikit yang melihat-lihat barang dagangan mereka. Barang tersebut kini dijual lebih murah dibanding biasanya.
"Ayo Bu harga korban kebakaran Bu, Rp 15 ribu aja, murah dibanding biasanya" ujar pedagang asal Padang, Firdaus (52 tahun).
Wajah Firdaus tampak berkeringat lantaran terus melafalkan kalimat andalannya tersebut. Kalimat itu pun cukup efektif menarik perhatian masyarakat, terutama kaum ibu-ibu.
"Hanya ini tersisa, yang lainnya sudah hangus," kata dia kepada Republika.co.id.
Tokonya yang sebelumnya berada di Blok II Pasar Senen kini sudah habis dilalap si jago merah. Namun, lelaki berkacamata itu kini mencoba melupakan musibah yang dialaminya.
"Kita enggak kepikir ke sana lagi, kita sekarang bagaimana dagangan ini laku untuk menghidupi keluarga," ucapnya.
Tak jauh dari lokasi dagang Firdaus, seorang pedagang minuman, Eva (42) mengatakan kendati pedagang tersebut dapat berjualan, sebenarnya para pedagang kerap berebutan lahan untuk jualan.
"Ada yang ribut banyak, biasanya pagi. Mereka berebutan lahan untuk jualan Mas," kata perempuan asal Cirebon tersebut.
Menurut Eva, masih banyak pedagang yang tidak kebagian lahan untuk berjualan di jalan tersebut. Kata dia, mereka saat ini sedang menunggu proses relokasi ke Blok V Pasar Senen.
"Itu yang enggak kebagian masih menganggur di sana. Ada sebagaian yang tidak kebagian tempat," ujar ibu beranak satu tersebut.
Di sepanjang jalur tersebut, para pedagang masih sibuk menjajakan dagangannya masing-masing. Rata-rata yang diperdagangkan mereka adalah pakaian bekas impor dari luar negeri, seperti celana, kaos, kemeja, dan jaket.
Pengelola PT Pembangunan Jaya bagian staf admistrasi, Wiji mengatakan bahwa sebelum terjadi kebakaran sebenarnya para pedagang tersebut dilarang untuk berjualan di pinggir jalan tersebut. Namun, pemerintah seakan memakluminya lantaran mereka merupakan korban musibah.