REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Festival Budaya Cap Go Meh (CGM) di Kota Bogor bukan sekadar ritual, melainkan sudah menjadi pesta rakyat. Perayaan CGM yang dinamai Bogor Street Fest itu kerap menyedot puluhan ribu hingga ratusan ribu orang setiap tahunnya.
"Ada tiga hal penting dalam perhelatan ini, yaitu kebudayaan, keberkahan dan kebersamaan," ujar Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto dalam jumpa media Bogor Street Fest di Balaikota Bogor, Rabu (25/1).
Festival ini dianggap sudah menjadi wisata budaya. BSF 2017 akan digelar 11 Februari mendatang. Even bertema "Spirit Bogor untuk Indonesia" ini bertujuan mengenalkan seni budaya yang ada di Bogor kepada masyarakat luas. Perhelatan diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara. Dengan meningkatnya kunjungan wisatawan, maka pendapatan masyarakat dan daerah akan ikut bertambah.
Diharapkan ada peningkatan kunjungan wisatawan sebesar 5,7 juta mancanegara dan nusantara ke Kota Bogor atau bahkan mencapai 6 juta wisatawan pada 2017. Sedangkan potensi ekonomi dari ajang ini dinilai mencapai Rp 1 miliar dengan dasar ratusan ribu orang yang berkunjung dapat membelanjakan uangnya.
"Saya juga sudah minta hotel-hotel menyiapkan paket-paket menarik, tidak hanya di pusat tapi hotel semuanya. Misalnya even CGM Sabtu, pada paginya, tamu hotel bisa lari pagi di pedestrian, siangnya kuliner, sore siap-siap lihat CGM, malam istirahat dan hari Minggu nya jalan-jalan di Kota Bogor," tambahnya.
Bima mengataksan, yang membedakan CGM di Bogor dengan perayaan di kota lainnya, bahwa ajang di Bogor bukan sekadar soal keragaman, melainkan simbol yang mengakar dari masa ke masa, di mana di dalamnya terdapat berbagai macam jenis kebudayaan maupun semua agama.
"Ini juga tepat di saat bangsa kita sedang diuji terkait keberagaman. Ini menunjukkan, warga Bogor sangat kuat keberagaman dan kebersamaannya," kata dia.