REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Hingga saat ini puluhan peserta Diksar The Great Camping Mapala UII enggan memberikan keterangan secara detail mengenai kronologis pelaksanaan acara tersebut. Sebab, semua keterangan diberikan satu pintu oleh Direktorat Humas UII.
Namun demikian, salah seorang peserta yang enggan disebut namanya membenarkan adanya kontak fisik dengan panitia operasional berupa penamparan.
"Ditampar itu gak keras dan ada filosofinya. Jadi misalnya ditampar mungkin karena kurang fokus atau kedinginan. Supaya tidak hipotermia," kata mahasiswa berinisial R (19) itu saat dihubungi oleh media, Rabu (25/1).
Ia menyangkal jika dalam kegiatan Diksar, panitia menginjak-injak punggung peserta. Adapun penyabetan atau pemecutan bagian tubuh dilakukan menggunakan ranting, bukan rotan. Dalam kegiatan tersebut peserta mengikuti tahapan survival selama tiga hari. Sehingga selama itu mereka hanya memakan pakis.
"Ya selama kegiatan tidak ada keluhan sakit. Hanya lapar. Karena lama tidak makan," ujarnya.
Sementara itu terkait kondisi peserta yang meninggal dan penuh luka-luka parah, R mengatakan, kemungkinan besar terjadi karena daya tahan tubuh mereka sedang rendah.
Saat ini R mengaku kondisinya baik-baik saja. Hanya ada sedikit lecet di bagian tubuhnya karena sempat merayap di tanah. Orang tua R sendiri sudah mengetahui kondisinya. Namun ia melarang ibu dan bapaknya menengok ke Yogyakarta dengan alasan agar tidak menambah kekhawatiran.
Menurut R, kegiatan Diksar sendiri seharusnya berjalan selama delapan hari. Namun kemarin hanya berlangsung dari tanggal 14 sampai 20 Januari. "Jadi kemarin hanya tujuh hari saja, kita sudah dibolehkan pulang," katanya.
Selama Diksar, peserta mengikuti beberapa kegiatan, di antaranya, climbing, orientasi, hingga survival.