Kamis 26 Jan 2017 08:31 WIB

Buntut Tewasnya Peserta Diksar, Mapala Unisi UII Dibekukan

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Andi Nur Aminah
Jenazah mahasiswa UII yang meninggal dalam pendidikan dasar mapala UII asal Lombok Timur dibawa ke pemakaman umum Pringgasela, Lombok Timur, Rabu (25/1).
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsyi
Jenazah mahasiswa UII yang meninggal dalam pendidikan dasar mapala UII asal Lombok Timur dibawa ke pemakaman umum Pringgasela, Lombok Timur, Rabu (25/1).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Beberapa karangan bunga belasungkawa bertengger tepat di depan Posko Mapala Unisi UII, Jalan Cik Ditiro Kota Yogyakarta. Bangunan kecil yang biasanya terlihat ramai oleh mahasiswa itu, kini tampak sepi.

Hujan yang mengguyur Kota Yogyakarta pun semakin mempertebal gurat duka UKM pecinta alam UII. Tidak hanya bagi anggota pengurus, namun juga bagi senior yang telah lulus. Pasalnya, selain kehilangan tiga anggota baru, sekarang Mapala Unisi harus diganjar pembekuan oleh pihak Rektorat.

“Kami sedih dengan pembekuan Mapala. Tapi kami paham, tentunya Rektorat mengambil tindakan ini dengan berbagai pertimbangan,” kata anggota Mapala Unisi Bachtiar Nur Rahman (48), Rabu (26/1).

Peserta The Great Camping (TGC) ke-13 itu mengatakan, meninggalnya peserta Diksar sangat mengguncang hati seluruh anggota Mapala Unisi. Mereka pun merasa kecewa dengan kejadian yang mencoreng nama baik organisasi mahasiswa pecinta alam terbesar di Indonesia itu.

Para pendahulu yang bersusah payah membangun citra baik Mapala Uinisi seakan terpukul dengan kabar duka tersebut. Padahal menurut Bachtiar, prosedur tahapan pelaksanan TGC sendiri tidak banyak berubah dari tahun ke tahun. Namun baru kali ini, kejadian luar biasa terjadi di sepanjang sejarah Mapala Unisi.

“Kami berharap, teman-teman bersikap gentle. Kalau memang bersalah ya akui saja kesalahannya,” kata alumni Teknik Sipil UII agkatan 1987 itu. Meskipun TGC dilaksanakan atas tanggung jawab pihak kampus, Bachtiar sama sekali tidak menyalahkan Rektorat UII atas kejadian ini.

Menurutnya, seluruh aktivitas di dalam Mapala Unisi memang kebanyakan dilakukan secara intern organisasional. Sementara ini Rektorat sudah bertindak tepat dan wajar. Termasuk dalam memfasilitasi pengungkapan kasus ini hingga selesai.

Sementara itu, anggota Mapala Unisi lainnya, Arif Setiawan (37) menuturkan, meninggalnya tiga anggota baru mereka menjadi bencana terbesar yang menimpa keluarga Mapala. Sebab, selama ini Mapala Unisi terbiasa membantu kegiatan SAR mengevakuasi korban kecelakaan di alam. Tapi sekarang mereka malah harus mengevakuasi keluarga sendiri.

Namun begitu, karena peristiwa ini sudah terjadi, seluruh anggota Mapala hanya bisa menyerahkan semua penyelidikan pada pihak yang berwenang. Sebab mereka pun penasaran terkait apa yang sebenarnya terjadi di lapangan. “Kami serahkan semuanya pada rektorat dan kepolisian,” kata peserta TGC ke-21 itu.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement