REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull memuji dan mengapresiasi sumbangsih Duta Besar RI untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema karena dipandang berhasil menjaga dan mempromosikan hubungan bilateral Indonesia-Australia dengan sangat baik di berbagai sektor, mulai dari politik, ekonomi-perdagangan dan investasi, pendidikan hingga 'people-to- people contact.
Pernyataan ini disampaikan oleh PM Turnbull ketika menerima kunjungan Dubes Nadjib dalam rangka pamitan (farewell call) di kantornya, Gedung Parlemen Australia pada Selasa (24/1). Kunjungan ini dilakukan Dubes Nadjib yang akan mengakhiri masa tugasnya setelah berdinas sebagai Duta Besar RI selama lebih dari empat tahun di Australia.
PM Australia terutama menyampaikan apresiasinya terhadap kinerja Dubes Nadjib, terutama ketika kedua negara menghadapi masa-masa yang sulit. Apresiasi yang sama juga disampaikan sejumlah pejabat tinggi Australia, seperti Menteri Luar Negeri Julie Bishop dan Secretary Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia Frances Adamson serta para Gubernur Negara Bagian di Australia ketika Dubes Nadjib berpamitan dengan mereka.
Dalam pertemuan pamitan itu, Dubes Nadjib mengungkapkan hubungan pribadi yang dijalinnya dengan beberapa Perdana Menteri Australia selama ini sangat membantunya dalam memperkuat komunikasi dan terbukti berperan penting dalam membahas dan menyelesaikan berbagai isu strategis kedua negara.
Misalnya Dubes RI pernah mendampingi PM Turnbull berkunjung ke Indonesia untuk bertemu dengan Presiden RI, Joko Widodo pada tanggal 12 November 2015 lalu, termasuk saat melakukan blusukan bersama di Pasar Tanah Abang.
PM Turnbull dan Dubes RI juga membahas rencana kunjungan kenegaraan Presiden RI, Jokowi ke Australia yang sebelumnya sempat tertunda tahun lalu. Kunjungan ini diharapkan dapat semakin memperkokoh kerjasama kedua negara.
Selama menjabat sebagai Dubes RI untuk Australia, sejumlah inisiatif penting dalam rangka memajukan kerjasama Indonesia-Australia berhasil diwujudkan seperti penandatanganan Code of Conduct (CoC) Kerjasama Intelijen tahun 2014, terbentuknya forum pertemuan di tingkat Menteri Koordinator Bidang Polhukam kedua negara yakni Indonesia-Australia Ministerial Council on Law and Security pada tahun 2015 dan juga dimulainya kembali perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif atau Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) guna mengoptimalkan potensi kerjasama ekonomi kedua negara, seperti jasa, investasi hingga tarif.
Dubes RI mengakui bahwa umumnya hubungan negara bertetangga selalu penuh dengan dinamika dan tantangan. Untuk itu, Dubes RI menekankan bahwa kunci untuk menangani berbagai perbedaan dan dinamika hubungan RI-Australia adalah melakukan dialog konstruktif secara terus menerus dan melihat dari sudut perspektif kedua negara.
Ditambahkannya pula bahwa kedua negara ini saling membutuhkan dan dapat saling melengkapi. Masa depan Australia berada di Indonesia dan demikian juga sebaliknya. Bila kedua negara ini bersinergi dengan baik, maka manfaatnya akan sangat terasa di negara-negara kawasan sekitarnya.