REPUBLIKA.CO.ID, PADAN -- Peneliti penyu dari Universitas Bung Hatta (UBH) Padang, Sumatera Barat, Harfiandi Damanhuri mengatakan jumlah penyu yang ada di kawasan perairan Sumbar mengalami penurunan sejak 60 tahun terakhir.
"Setidaknya dalam kurun waktu 60 tahun belakangan jumlah penyu yang ada di Sumbar mengalami penurunan, hal ini terlihat dari jumlah penyu yang merapat ke pantai, baik itu untuk bertelur maupun hanya sekedar singgah," katanya di Padang, Kamis (26/1).
Ia menjelaskan satu ekor penyu bisa berumur hingga di atas 100 tahun dan menurut perkiraannya apabila eksploitasi terus dilakukan maka penyu akan mengalami penyusutan populasi.
Apabila terjadi eksploitasi secara terus menerus terhadap telur penyu selama 80 tahun, maka 20 tahun setelahnya sudah tidak akan ada lagi regenerasi penyu. Pada tahun 1950-an pada satu lokasi di daerah Sumbar terdapat 40 ekor penyu yang merapat ke pantai untuk bertelur maupun singgah pada setiap malamnya dan saat ini hanya tinggal dua sampai tiga ekor.
"Sudah 67 tahun selisih waktu dari 1950 hingga 2017, maka 13 tahun yang akan datang populasi penyu di kawasan Sumbar akan semakin berkurang karena tidak adanya tukik yang ditetaskan," katanya.
Selanjutnya ia menjelaskan penurunan populasi ini disebabkan oleh berbagai faktor, baik itu dari faktor manusia maupun dari faktor alamnya sendiri.
"Maraknya eksploitasi terhadap penyu oleh manusia menjadi salah satu penyebab berkurangnya populasi, baik itu itu eksploitasi terhadap penyu secara langsung maupun eksploitasi terhadap lingkungan tempat penyu bertelur," katanya.
Sementara itu Kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang, Sumbar, Muhammad Yusuf mengatakan dalam tahun ini pihaknya akan melakukan pendataan terhadap keberadaan penyu, khususnya yang ada di wilayah Sumbar. "Tahun ini kita akan fokus melakukan pendataan serta memberikan sosialisasi kepada masyarakat pentingnya menjaga kelestarian penyu," katanya.