Kamis 26 Jan 2017 19:03 WIB

BNI Salurkan Kredit Rp 393,28 Triliun Selama 2016

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Dwi Murdaningsih
Pegawai BNI melayani nasabah di Bank BNI Cabang Seoul, Korsel, Selasa (8/11).
Foto: Antara/Prasetyo Utomo
Pegawai BNI melayani nasabah di Bank BNI Cabang Seoul, Korsel, Selasa (8/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI per akhir tahun 2016 telah menyalurkan kredit perseroan sebesar Rp 393,28 triliun atau tumbuh 20,6 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 326,11 triliun.

Adapun sebanyak 72,7 persen dari total kredit atau sebesar Rp 286,1 triliun disalurkan ke segmen bisnis banking, sedangkan sebesar Rp 65,1 triliun atau 16,5 persen ke segmen konsumer banking. Sisanya sebesar 11,8 persen disalurkan melalui kantor-kantor cabang luar negeri dan perusahaan-perusahaan anak.

Wakil Direktur Utama BNI, Suprajarto mengatakan, pada tahun ini perseroan menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 15-17 persen year on year (yoy).

BNI Cetak Laba Bersih Rp 11,34 Triliun

"Targetnya lebih rendah dari 2016 karena walaupun optimistis tapi tetap harus hati-hati, lalu 2016 kemarin banyak nasabah lama balik lagi ke BNI. Tapi tahun ini kan belum tentu," ujar Suprajarto di Kantor Pusat BNI, Jakarta, Kamis (26/1).

Untuk kredit melalui Segmen Bisnis Banking, sebesar Rp 95,8 triliun disalurkan melalui segmen korporasi yang mampu tumbuh 21,0 persen, dan kredit kepada BUMN sebesar Rp 78,3 triliun atau tumbuh 33,3 persen. Sedangkan kredit kepada segmen menengah dan kecil masing-masing tumbuh 19,9 persen dan 20,5 persen.

"Kredit ke segmen Konsumer Banking, terutama melalui pinjaman payroll yang tumbuh 128,1 persen dengan outstanding per 31 Desember 2016 mencapai Rp 8,9 triliun," kata Direktur BNI, Anggoro Eko Cahyo.

Sementara KPR, kata Anggoro, per 31 Desember 2016 mencapai Rp 36,4 triliun atau tumbuh 5,0 persen dan kartu kredit mencapai Rp 10,5 triliun atau tumbuh 7,5 persen. Adapun Loan to deposit ratio (LDR) yang naik dari 87,8 persen menjadi 90,4 persen.

Tahun ini perseroan akan fokus pada kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). "Tentu korporasi akan tetap tumbuh, tapi akan lebih banyak UMKM Harapan presiden merata di seluruh daerah, lalu ke sektor produktif," kata dia.

Sementara NPL yakni sebesar 3,0 persen (gross) dan 0,4 persen (nett) pada akhir tahun 2016. Secara fundamental, Cadangan Kerugian Penyusutan Nilai (CKPN) juga tetap terjaga dengan baik dengan tingkat coverage ratio naik dari 140,4 persen pada 2015 menjadi 146,0 persen pada 2016.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement