REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Penangkapan Bupati Buton, Sulawesi Tenggara, Samsu Umar Abdul Samiun oleh Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK, pada Rabu (25/1) di Bandara Soekarno Hatta Jakarta ditanggapi beragam oleh masyarakat Buton.
"Apa yang menimpa Bupati Buton Samsu Umar Abdul Samiun hari ini, merupakan buah dari apa yang dia tanam. Untuk merebut kekuasaan, ia melakukan segala cara, termasuk menyuap Ketua MK Akil Muchtar ketika itu," kata tokoh masyarakat Buton, Bachmid melalui telepon dari Buton, Kamis (26/1).
Sebagian besar masyarakat Buton merasa senang dengan penangkapan bupati pemberi suap Akil Muchtar, mantan Ketua MK dan sebagian lagi merasa prihatin. Pada pemilihan kepala daerah atau pilkada Kabupaten Buton tahun 2017 ini, Umar Samiun yang kembali mencalonakn diri jadi bupati Buton periode 2017-2022, memborong hampir seluruh partai politik, yang mengantarkan dirinya jadi calon tunggal Pilkada Buton.
Ibrahim, tokoh masyarakat Buton lainnya merasa prihatin atas penangkapan Bupati Buton Samsu Umar Abdul Samiun yang saat ini menjadi calon tunggal Pilkada Buton. Menurut dia, penangkapan Umar Samiun oleh KPK merupakan tamparan keras bagi masyarakat Buton, terutama kader-kader partai pengusung Umar Samiun-La Bakry dalam Pilkada.
"Jauh sebelum proses Pilkada dimulai, seluruh partai politik sudah tahu kalau Umar Samiun menjadi bupati Buton karena menyuap Akil Muchtar. Namun, tetap saja sejumlah partai mendukung Umar Samiun-La Bakry tergiur dengan tawaran Umar Samiun," kata Ibrahim.
Umar Samiun kembali mencalonkan diri jadi calon bupati berpasangan dengan La Bakry. Saat menyuap Akil Muchtar, Umar Samiun juga berpasangan dengan La Bakry.
Bupati Buton Samsu Umar Samiun ditangkap KPK di Bandara Soekarno Hatta pada Rabu (25/1) setelah tiga kali mangkir dari panggilan KPK. KPK memburu Bupati Buton hingga di kediamannya di Kota Baubau setelah Praperdadilan yang diajukan Umar ditolak majelis hakim pengadilan Negeri Jakarta Pusat.