REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M. Hanif Dhakiri mendorong penanaman modal di sektor yang over-Supplied Tenaga Kerja. Hal itu disampaikan menaker pada saat menerima Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Lembong, di ruang kerja menteri, pada Kamis (26/1).
“Ada beberapa sektor yang over-supplied sampai dengan tahun 2019, di antaranya adalah sektor industri, sektor konstruksi, sektor perdagangan, sektor hotel dan restoran, dan sektor informasi,” ujar Hanif.
Melihat realisasi investasi 2016 yang cukup bagus, meskipun di tengah geliat perlambatan pertumbuhan ekonomi global, investasi di tahun 2017 harus dioptimalkan dengan penyerapan tenaga kerja. Apalagi, tnvestasi telah memberikan dampak positif seperti peningkatan penyerapan lapangan kerja. "Kita lakukan koordinasi dengan Kementerian Ketenagakerjaan agar penanaman modal bisa selaras dengan sektor dimana tenaga kerja melimpah,” ujar Thomas.
Dikatakan Thomas, kebijakan investasi pun tidak bisa dilihat sebagai kebijakan yang berdiri sendiri dan terlepas dari visi besar Nawacita. Dampak dari kebijakan investasi di sektor yang over-Supplied tenaga kerja diharapkan mampu mengakselerasi kemajuan ekonomi nasional. Perlahan-lahan industri nasional harus diperkuat agar kita bisa mendapatkan nilai tambah tertinggi dari rantai pasok perdagangan global.
Menaker Hanif mengharapkan, adanya pembatasan penggunaan tenaga kerja asing di sektor yang over-supplied, BKPM dapat memberikan informasi rencana penyerapan tenaga kerja Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) kepada kementerian ketenagakerjaan. Informasi ini untuk melengkapi rencana tenaga kerja nasional, propinsi, kabupaten/kota dan dibuatnya MOU mengenai pemanfaatan data base ketenagakerjaan dan penanaman modal.
“Selain pekerjaan yang over-supplied, ada juga beberapa level pekerjaan yang kekurangan tenaga kerja yaitu level pekerjaan ahli, teknisi/analisis dan operator/ pelaksana,” kata Hanif.