REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan proteksi yang dilakukan Pemerintah Amerika Serikat (AS) melalui Presiden Donald Trump diprediksi akan banyak berpengaruh terhadap perdagangan banyak negara, termasuk Indonesia. Sebab, selama ini produk Indonesia cukup besar yang dijual langsung ke AS atau yang melalui negara lain seperti Cina, baru masuk ke Amerika.
Ketua Kamar Dagang dan Industria (Kadin) Indonesia Rosan P Roeslani mengatakan, kebijakan AS untuk tidak ikut serta dalam perdagangan bebas dana akan mengkaji ulang semua perjanjian perdagangan bebas secara multilateral, harus segera diwaspadai. Karena Trump bisa saja menarik diri dari kerja sama tersebut dan langsung berdampak kepada negara penunjang.
"Kita harus mengantisipasi ini dengan hubungan bilateral yang diperkuat ke masing-masing negara yang akan bekerja sama dengan Indonesia," kata Rosan dalam sebuah diskusi, Jumat (27/1).
Rosan menjelaskan, proteksi dalam keikutsertaan sebuah negara dalam kerja sama multilateral dan memproteksi sistem perdagangan bukan hanya dilakukan oleh Amerika. Beberapa negara di Eropa pun mulai melakukan proteksi tersebut guna menjaga perekonomian dalam negerinya.
Untuk itu, kerja sama perdagangan secara langsung harus bisa dipersiapkan dari sekarang. Pemerintah bisa mencari celah dan manfaat apa yang bisa diambil dari perdagangan dua negara, sehingga ketika kerja sama perdagangan multilateral tidak berjalan, maka perdagangan dua negara masih bisa menyelamatkan perekonomian dalam negeri.
Menurut Rosan, perekonomian Indonesia dan Asean sebenarnya masih memiliki potensi untuk berkembang, dibandingkan dengan negara Eropa. Tinggal bagaimana kebijakan Pemerintah dalam mengembangkan industri (industrialisasi) dan memperbaiki skema perdagangan dengan negara lain.