REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Perancis, Jerman dan Luxemburg mengungkapkan keresahan atas keputusan Presiden AS Donald Trump. Pasalnya, Trump telah membatasi imigrasi dan pengungsi dari beberapa negara Muslim.
Menteri Luar Negeri Luxemburg, Jean Asselborn, mengingatkan Trump akan konsekuensi negatif yang akan terjadi akibar kebijakan seperti itu. Ia menilai, akibat akan dirasakan pula negara-negara Eropa, karena cuma akan meningkatkan ketidakpercayaan dan kebencian dunia Muslim terhadap Barat.
"Presiden Amerika telah membagi dunia Muslim menjadi baik dan jahat dengan ini," kata Asselborn kepada surat kabar Tagesspiegel Jerman seperti dilansir Arab News, Ahad (29/1).
Menteri Luar Negeri Perancis, Jean-Marc Ayrault, merasa banyak dari keputusan Trump yang mengkhawatirkan, termasuk soal pembatasan. Trump telah menandatangani perintah eksekutif mengekang imigrasi dan pengungsi dari beberapa negara mayoritas Muslim, dengan memberi prioritas kepada Kristiani Suriah melarikan diri.
"Ini cuma akan menimbulkan kekhawatiran, tapi terdapat banyak subyek yang kita khawatirkan," ujar Ayrault.
Walau secara tradisional terbuka untuk pencari suaka, Prancis menerima lebih sedikit pengungsi daripada Jerman sejak krisis migran terjadi, lantaran banyak penolakan terjadi di dalam negeri. Jerman sendiri telah menerima lebih dari satu juta pengungsi dan migran, terutama dari Timur Tengah sejak 2015.
Menteri Luar Negeri Jerman, Sigmar Gabriel, mengingatkan jika AS merupakan negara dengan tradisi Kristen, yang memiliki prinsip mengasihi. Karenanya, ia menekankan, membantu orang-orang baik Kristen atau bukan sudah seharusnya menjadi perilaku utama yang dilakukan terhadap sesama.
"Saya pikir itu adalah apa yang menyatukan kita di Barat, dan saya pikir itu adalah apa yang ingin kita jelaskan kepada Amerika," kata Gabriel.