REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di bawah kepemimpinan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, dunia menyaksikan munculnya pernyataan American First dan mundurnya Amerika Serikat dari pembahasan soal Trans Pacific Partnership (TPP). Dalam perspektif positif, pemerintah Indonesia sepatutnya bisa mengikuti jejak tersebut.
Hal tersebut disampaikan oleh founder Indosterling Capital, William Henley. Menurut William, slogan American First yang bisa juga dimainkan penulisannya menjadi American Fi[r]st itu memang dapat saja diterjemahkan sebagai sebuah pukulan gaya Trump kepada dunia. Kebijakan American First ala Donald Trump tersebut, kata dia, bisa saja dilihat dari dua perspektif, yakni negatif dan positif.
Dia menyebut melihat ke dalam atau inward looking adalah cara yang bisa ditiru dari pandangan Trump ini. "Terlepas seberapa akurat perhitungan Trump dan tim pendukungnya, pilihan untuk melihat ke dalam ini sesungguhnya bisa ditiru Indonesia. Kita tahu bahwa Indonesia memiliki banyak potensi yang selama ini belum optimal dikelola untuk kemanfaatan bersama,'' ujarnya, Ahad (29/1).
Apabila Trump mengatakan 'dibeli oleh Amerika, untuk Amerika', William mengatakan bahwa hal serupa sebenarnya bisa saja dilakukan di Indonesia. Jika selama ini Indonesia terkesan 'membiarkan' diri menjadi pasar besar bagi sejumlah produk negara lain, maka dengan meminjam pernyataan Trump, seharusnya negeri ini bisa mengambil momentum untuk menjadikan pasar Indonesia pertama-tama untuk produk Indonesia. ''Untuk itu diperlukan kesadaran bersama untuk pertama-tama mendahulukan membeli produk buatan Indonesia sebelum berpaling ke produk luar negeri,'' ujarnya.
Implikasi dari pilihan tersebut, menurut William, sangat jelas bahwa standard kualitas produk Indonesia harus semakin ditingkatkan. Untuk meningkatkan daya saing tersebut, diperlukan dukungan banyak sumber daya di Indonesia. Industri besar yang sudah menembus pasar internasional tentu relatif tidak akan kesulitan untuk semakin meningkatkan kualitas produknya. ''Sembari mempertahankan dan bahkan meningkatkan kualitas produk dan memperkuat daya saing produknya, industri besar pun bisa menjadi mitra pendukung industri menengah untuk meningkatkan kualitasnya,'' kata dia.
Tentunya pada tahap berikutnya, menurut William, kemitraan dalam kerangka asistensi yang diberikan industri besar itu pun bisa meningkat menjadi aliasi strategis yang saling mendukung dan menguntungkan. William melanjutkan pola pikir yang harus ditegaskan dalam hal ini adalah orientasi hubungan perdagangan Indonesia dengan negara lain bukan lagi pada aspek kemudahan yang bisa diraih dari sebuah kesepakatan bilateral atau pada sebuah kerja sama multilateral. ''Lebih dari itu, kita yakin menjalin kerja sama karena memiliki kekuatan daya saing yang tidak dimiliki negara lain,'' ujarnya.