REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC -- Politikus senior dari Partai Republik, John McCain, menilai, perintah eksekutif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait pembatasan imigran dari tujuh negara mayoritas Muslim justru membantu teroris dalam merekrut anggota baru. Tidak hanya itu, McCain khawatir kebijakan itu juga dinilai akan menyulitkan Amerika Serikat dalam memerangi teroris.
''Pada akhirnya, kami takut, perintah eksekutif itu akan menimbulkan luka untuk Amerika sendiri, terutama dalam hal perang melawan teroris,'' kata mantan kandidat Presiden AS dari Partai Republik pada Pilpres 2008 silam, seperti dikutip ABC, Ahad (29/1).
McCain menilai, perintah eksekutif itu dapat menjadi alat propanda ataupun alasan buat kelompok teroris, termasuk ISIS untuk merekrut anggota baru. Apalagi, dengan pesan yang seolah muncul dari perintah eksekutif tersebut.
''Perintah eksekutif ini seolah memberi sinyal, suka atau tidak suka, bahwa Amerika tidak mau kedatangan Muslim. Itu mengapa, kami takut, perintah eksekutif ini malah dapat membantu rekrutmen teroris, ketimbang meningkatkan keamanan untuk Amerika Serikat. Saya kira, di beberapa tempat, efek dari perintah eksekutif ini akan memberikan ISIS alat propaganda baru,'' katanya.
Pada saat ini, kata McCain, sejumlah tentara Amerika Serikat sedang bertempur bersama pasukan Irak untuk menumpas ISIS. Tapi, dengan perintah eksekutif ini, pilot-pilot dari Irak tidak bisa datang dan belajar di Pangkalan Militer AS di Arizona, untuk mempelajari cara-cara mengalahkan ISIS.
Pada Jumat (27/1) waktu setempat, Presiden AS Donald Trump, telah menandatangani surat perintah eksekutif yang mengatur pembatasan masuknya imigran dari tujuh negara mayoritas Muslim, yaitu Irak, Iran, Suriah, Sudan, Somalia, Libya, dan Yaman. Berdasarkan aturan tersebut, Pemerintah AS melarang warga negara dari tujuh negara itu memasuki wilayah Amerika Serikat, setidaknya untuk 90 hari mendatang.
Baca juga, Larangan Warga Negara Mayoritas Muslim Masuk AS Langgar UU.