REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Pasukan Pemerintah Suriah merebut kembali seluruh wilayah kota dan desa di Wadi Barada. Wilayah itu terletak dekat dengan Ibu Kota Damaskus dan selama ini masih dikuasai oleh oposisi negara itu.
Salah satu desa utama yang kembali dikuasai Pemerintah Suriah memilki sumber daya air utama. Di sana, juga terdapat stasiun pompa untuk mengaliri air ke seluruh wilayah negara, khususnya Damaskus.
Sejak 30 Desember lalu, pertempuran berat antara tentara pemerintah dan pasukan dari kelompok oposisi terjadi di Wadi Barada. Bentrokan terus berlanjut, meski kesepakatan gencatan senjata antara dua pihak yang ditengahi Rusia dan Turki berlangsung.
Termasuk kesepakatan yang mengharuskan oposisi mengembalikan air ke Damaskus pada awal Januari. Berdasarkan perjanjian, infrastruktur untuk memasok air yang ada di desa itu akan diperbaiki dan sebelumnya, oposisi menyetujuinya sebagai salah sau upaya menghentikan konflik yang berlangsung lebih dari lima tahun di Suriah.
Konflik di salah satu negara Timur Tengah itu terjadi pada 2011 lalu. Oposisi berusaha menggulingkan kekuasaan Presiden Suriah Bashar Al Assad dan terus berlanjut hingga intervensi pihak asing dalam perang saudara tersebut terus meningkat.
Namun, negosiasi konflik yang ditengahi Rusia dan Turki akan berlangung pada 8 Februari. Namun, hal itu dapat dilakukan apabila kesepakatan gencatan senjata antara dua pihak di Suriah berhasil dilakukan.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan nampaknya negosiasi konflik yang akan digelar di Astana, Kazakhsyan harus ditunda. Kemungkinan pembicaraan damai dapat berlngsung pada akhir Februari. "Kami menjadwalkan pembicaraan damai dapat digelar hingga akhir Februari," ujar Lavrov, dilansir Aljazeera, Ahad (29/1).
Selain Rusia dan Turki, Iran juga akan hadir dalam pembicaraan damai tersebut. Saat ini, masing-masing negara yang terlibat dalam konflik Suriah harus memastikan gencatan senjata berlangsung sepenuhnya.