Senin 30 Jan 2017 10:37 WIB

Megawati Minta Pasangan Hana-Toni Kembalikan Kejayaan Gorontalo

Megawati saat kampanye pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Gorontalo Hana Hasanah Fadel Muhammad-Toni Junus (HATI), Minggu (29/1) di Lapangan Pemuda Taruna Kota Gorontalo.
Foto: istimewa
Megawati saat kampanye pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Gorontalo Hana Hasanah Fadel Muhammad-Toni Junus (HATI), Minggu (29/1) di Lapangan Pemuda Taruna Kota Gorontalo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengenang kejayaan Provinsi Gorontalo saat dia masih menjabat Presiden RI.

Mega bercerita bagaimana provinsi ini dibentuk hingga kejayaan sebagai penghasil jagung terbesar di Indonesia. 

"Saya sekarang ini sapa rakyat Gorontalo," kata Mega memulai orasi politiknya saat kampanye pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Gorontalo Hana Hasanah Fadel Muhammad-Toni Junus (HATI), Minggu (29/1) di Lapangan Pemuda Taruna Kota Gorontalo. 

Mega mengatakan, sengaja datang ke Gorontalo lagi, setelah sekian lama tidak pernah berkunjung ke provinsi yang terletak di semenanjung Sulawesi Utara ini. 

Mega menjelaskan, ketika penentuan cagub-cawagub Gorontalo, pihaknya merapatkan dengan DPP PDI Perjuangan Gorontalo. Ketika itu, dia berpikir siapa yang akan dijadikan sebagai pemimpin Gorontalo yang akan datang.

 
"Kalau memang aspirasi rakyat Gorontalo, insya Allah akan memilihnya," kata Mega dalam keterangan persnya.

Lalu, dia pun selaku ketum partai berlambang banteng moncong putih bertanya kepada Fadel Muhammad. Fadel merupakan gubernur pertama yang sukses memimpin Gorontalo, yang juga suami Hana Hasanah. 

Mega dan Fadel juga sudah pernah punya hubungan baik. Saat Mega menjabat presiden, Fadel ketika itu sebagai gubernur. Di era Mega pula, lahir Undang-undang nomor 28 tahun 2000 tertanggal 22 Desember 2000 yang menjadikan Gorontalo sebagai provinsi ke-32 di Indonesia.  

"Memang benar pada waktu saya menjadi presiden, ketika aspirasi dari rakyat menghendaki untuk diadakan sebuah provinsi yang akhirnya disebut Gorontalo," ujar putri Proklamator RI Bung Karno, itu. 

Mega melanjutkan, saat itu memang Fadel bukan berasal dari PDI Perjuangan. Melainkan kader Partai Golkar. "Bagi saya, dengan rasa kebangsaan saya, saya tidak pernah melihat siapa pemimpin yang akan dipilih (kala itu)," kata dia. 

Bagi Mega, pemimpin seperti yang disebutkan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Romahurmuziy harus memenuhi empat syarat yakni tabligh, amanah, siddiq dan fathanah. Tentunya, kata Mega, juga ada sejumlah persyaratan lain yang harus dipenuhi. 

"Maka saat itu saya sebagai kepala pemerintahan mengizinkan dan menandatangani dibentuknya Provinsi Gorontalo," katanya.

Mega kala itu juga menanyakan apa yang akan dihadirkan Fadel di Gorontalo setelah menjadi provinsi. Sebab, tegas Mega, sebagai pemimpin harus punya tujuan memakmurkan dan menyejahterahkan rakyat.  

"Pak Fadel bilang ingin menjadi provinsi pertanian khusunya jagung. Nah, saya lihat hal ini sangat baik karena di seluruh provinsi di Indonesia, belum ada satu provinsi pun yang menjadi sentra jagung," katanya. 

Mega pun sebagai presiden kemudian tiga kali datang untuk memompa semangat rakyat membangkitkan pertanian Gorontalo, yang mempunyai komoditas andalan jagung. Dia yakin, Gorontalo bisa menjadi provinsi jagung andalan tingkat nasional.  

Akhirnya, benar saja, jagung Gorontalo pun bisa dinikmati masyarakat. Tidak hanya Gorontalo, Indonesi, tapi juga berbagai negara di dunia. Gorontal menjadi provinsi pengekspor jagung. 

Namun, kata Mega, setelah dia tidak menjadi presiden lagi, banyak mendapat laporan dari jajaran PDI Perjuangan di daerah bahwa dari hari ke hari pertanian Gorontalo menurun.

 
"Setiap hari sebagai ketua umum partai, saya mendapatkan laporan ternyata dari hari ke hari pertanian di Gorontalo menurun. Sentra jagung sudah tidak jadi sebuah andalan.  Benar apa tidak?" tanya Mega kepada massa. "Benar," tegas massa menjawab Mega. 

Nah, semangat mengembalikan kejayaan pertanian Gorontalo itulah yang turut mengantarkan pilihan PDIP kepada Hana Hasanah Fadel Muhammad. Mega menjelaskan, dalam rapat dengan jajaran partai, dia berpikir siapa yang akan bisa kembali melanjutkan program yang telah dilakukan Fadel Muhammad sebagai gubernur. 

"Lalu saya pikir-pikir tentunya seorang gubernur biasanya istrinya pasti akan membantu suaminya," ujarnya.

Dia lantas mengutus orang menanyakan pada keluarga Fadel, menanyakan kesediaan menjadikan Hana sebagai cagub. "Saya utus untuk bertanya apakah diizinkan ibu yang cantik ini, Ibu Hana,  mau meneruskan konsep program yang pada waktu itu dilakukan untuk dibangkitkan kembali," kata Mega. 

Masaa pun bersorak gembira mendengar orasi politik itu. "Apa saudara bersedia memilih beliau (Hana)?" tanya Mega. "Bersedia," tegas massa. 

Tapi, Mega tidak percaya begitu saja. Dengan naluri politiknya dia menguji kesungguhan ucapan warga tadi. 

Mega mengatakan, dia sudah lama bermain politik. Berpuluh tahun mempunyai panggung politik. 

"Saya juga ketua umum partai yang terlama di Indonesia. Jadi, saya bisa tahu bisa melihat mana orang yang hanya ingin melihat, dan yang datang memilih secara hati nurani," kata Mega disambut tepuk tangan massa. 

Mega menegaskan, kalau massa yang datang termasuk nanti mengajak keluarga, teman dan sahabatnya memilih nomor 1, maka Hana-Toni akan memenangkan pertarungan. 

"Kalau sebegini banyak yang datang lalu seluruhnya memilih simbol nomor satu sesuai hati nurani, maka saya yakin seyaki-yakinnya,  haqqul yakin bahwa Ibu Hasana dan Toni akan bisa memenangkan pilkada," kata Mega. 

Dia menegaskan, Hana-Toni sudah tidak perlu mengumbar janji lagi. Mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan untuk menyejahterahkan rakyat.  "Yakni menjadikan Provinsi Gorontalo untuk jagung," kata Mega. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement