REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Masih ada ada 16 desa rawan pangan di Yogyakarta. Hal itu disampaikan Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Arofa Noor Indriani pada wartawan, di Kepatihan Yogyakarta, Senin (30/1).
Desa di DIY yang masih rawan ada di tiga Kabupaten, yakni Kabupaten Kulon Progo ada tujuh desa, di Kabupaten Gunung Kidul lima desa dan sisanya di Kabupaten Bantul. Penyebab desa rawan pangan adalah kemiskinan yang ditandai dengan daya beli masyarakat rendah.
Indikator rawan pangan itu ada tiga. Pertama, ketersediaan pangan. Kedua, akses keterjangkauan untuk membeli (daya beli masyarakat). Ketiga, pemanfaatan pangan dari sisi kesehatan, misalnya gizi cukup.
"Faktor utama penyebab kemiskinan di DIY karena daya beli masyarakat tidak ada sehingga kita harus mendongkrak produktivitas SDM agar mereka bisa mempunyai pendapatan dan mengakses daya beli,’’ kata Arofa.
Sehubungan dengan hal itu BKPP DIY mempunyai Program LAPM (Lembaga Akses Pangan Masyarakat) untuk mendekatkan harga dari daerah sentra ke daerah rawan pangan. Misalnya gula pasir dari daerah sentra pabrik gula Madukosmo jika dijual ke daerah rawan pangan harganya akan tinggi karena terbebani tranportasi.
Dengan adanya LAPM , lembaga ini yang membeli kebutuhan pangan masyarakat, kemudian dijual ke masyarakat yang masih rawan pangan dengan harga yang sama dengan daerah sentra produksi. Semua desa rawan pangan ada LAPM, namun yang fasilitas pemerintah tidak semua, melainkan hanya 3-4 LAPM secara bergantian. Biasanya kalau sudah tiga tahun difasilitasi pemerintah lalu dilepas dang anti ke LAPM yang ada di desa lainnya.
LAPM muncul di DIY sejak 2010 dan dari daerah lain sering mencontoh dari DIY. Pola LAPM akan diakses oleh Bappeda DIY.
Meskipun demikian desa rawan pangan di DIY dari tahun ke tahun jumlahnya terus menurun. Pada 2014 masih ada 26 desa rawan pangan. Pada 2016 desa rawan pangan di DIY tercatat ada 20 desa dan satu diantaranya ada di Kota Yogyakarta. Namun pada 2017 di Kota Yogyakarta sudah tidak ada lagi yang rawan pangan.