Penari Lena Guslina membawakan koreografi "Desah Rimba" di Pelataran Kemah, Batu Kuda, Gunung Manglayang, Kabupaten Bandung, Senin (30/1). (FOTO : Republika/Edi Yusuf)
Penari Lena Guslina dan membawakan koreografi Desah Rimba di Pelataran Kemah, Batu Kuda, Gunung Manglayang, Kabupaten Bandung, Senin (30/1). (FOTO : Republika/Edi Yusuf)
Penari Lena Guslina dan Mussa Hendriks membawakan koreografi Desah Rimba di Pelataran Kemah, Batu Kuda, Gunung Manglayang, Kabupaten Bandung, Senin (30/1). (FOTO : Republika/Edi Yusuf)
Penari Lena Guslina dan Mussa Hendriks membawakan koreografi Desah Rimba di Pelataran Kemah, Batu Kuda, Gunung Manglayang, Kabupaten Bandung, Senin (30/1). (FOTO : Republika/Edi Yusuf)
Penari Lena Guslina dan Mussa Hendriks membawakan koreografi Desah Rimba di Pelataran Kemah, Batu Kuda, Gunung Manglayang, Kabupaten Bandung, Senin (30/1). (FOTO : Republika/Edi Yusuf)
Penari Mussa Hendriks dan Penata Musik Dedy Kahanuang membawakan koreografi Desah Rimba di Pelataran Kemah, Batu Kuda, Gunung Manglayang, Kabupaten Bandung, Senin (30/1). (FOTO : Republika/Edi Yusuf)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kerusakan alam akibat eksploitasi yang tak terkendali dan alih fungsi lahan hutan menjadi perkebunan dan pemukiman, menjadi inspirasi bagi sorang koreografer tari Lena Guslina untuk membuat pertunjukan tari tentang lingkungan bertajuk "Desah Rimba" yang digelar di Hutan pinus Batu Kuda, Kawasan Gunung Manglayang, Kabupaten Bandung, Senin (30/1).
Koreografi tari bersama penari Mussa Hendriks dan penata musik Dedy Kahanuang bersama tim pendukung, menggambarkan kegelisahan rimba belantara beserta isinya. Kesedihan pohon-pohon tumbang, akar-akar sisa tebangan, dan jeritan-jeritan satwa yang kehilangan habitatnya, termasuk masyarakat yang kehilangan tempat hidup. Meski demikian semangat untuk mempertahankan dan melstariakan terus membara.
"Diharapkan, dengan pertunjukan tersebut bisa menjadi bentuk penyadaran bagi kita semua untuk melestarikan lingkungan hidup khususnya hutan sebagai bagian penting untuk kehidupan." ujar Lena.
Advertisement