REPUBLIKA.CO.ID, YANGON - Ribuan pelayat berkumpul untuk menghadiri pemakaman seorang pengacara Muslim Myanmar, Ko Ni (63), pada Senin (30/1). Ko Ni, yang juga merupakan penasihat hukum Liga Nasional untuk Demokrasi Myanmar, ditembak mati di luar Bandara Yangon saat ia sedang memegang cucunya, Ahad (29/1).
Pembunuhan tersebut mengejutkan komunitas Muslim dan NLD sebagai partai penguasa di Myanmar, karena kasus "pembunuhan politik" jarang terjadi. Ko Ni diketahui merupakan seorang tokoh Muslim terkemuka yang sangat vokal menentang sentimen anti-Islam kepada kelompok Buddha garis keras.
"Kami sangat mengecam pembunuhan Ko Ni, karena ini adalah tindakan terorisme terhadap kebijakan NLD," tulis NLD dalam sebuah pernyataan, dilansir dari Dhaka Tribune.
Seorang sopir taksi yang mencoba untuk menghentikan pria bersenjata yang menembak Ko Ni, juga dinyatakan tewas. Pelaku penembakan diidentifikasi bernama Kyi Lin (53), yang langsung ditangkap di tempat kejadian.
Putri Ko Ni, Yin Nwe Khaing, mengatakan saat itu ia membawa anak laki-lakinya untuk menyambut kakeknya di bandara. Menurut dia, ayahnya kemungkinan besar memiliki musuh karena telah menjadi tokoh Muslim terkemuka.
"Seperti halnya kita yang berasal dari agama berbeda, ada banyak orang yang tidak suka dan benci akan itu. Saya berpikir, itu juga bisa menjadi alasan pembunuhan," katanya, kepada DVB TV.
Ko Ni baru saja kembali dari kunjungan delegasi pemerintah Myanmar ke Indonesia, tempat para pemimpin regional mendiskusikan ketegangan di negara bagian Rakhine. Ko Ni sebelumnya banyak mengkritik hukum agama yang didorong oleh nasionalis Buddha.
Dalam beberapa tahun terakhir, Myanmar telah menghadapi gelombang sentimen anti-Muslim. Sekitar lima persen dari populasi Myanmar adalah Muslim.
"Pembunuhan menggarisbawahi urgensi pemerintah Myanmar dan masyarakat untuk bersama-sama untuk mengutuk segala bentuk kebencian," ujar kelompok HAM, International Crisis Group.