Selasa 31 Jan 2017 10:06 WIB

Iqbal: Jangan Robohkan Fondasi Umat Beragama di Indonesia

Rep: Amri Amrullah/ Red: Andi Nur Aminah
Senator asal Sulsel AM Iqbal Parewangi menyalami aparat TNI saat Aksi Bela Islam 212 di Monas
Foto: Istimewa
Senator asal Sulsel AM Iqbal Parewangi menyalami aparat TNI saat Aksi Bela Islam 212 di Monas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota DPD RI, AM Iqbal Parewangi prihatin dengan kondisi berbangsa dan bernegara saat ini. Senator asal Sulawesi Selatan ini termasuk satu di antara yang hadir dalam pertemuan Pimpinan DPD RI dan Ormas Berbagai Agama, Jumat (27/1) lalu.

Iqbal pun menyampaikan kekhawatirannya pada kondisi saat ini seakan merobohkan pondasi umat beragama di Indonesia yang telah terbangun dengan kokoh. Ia menegaskan umat beragama merupakan pondasi Indonesia. Umat beragama itu termasuk umat Muslim, Kristiani, Katholik, Budha, Hindu dan Konghucu. "Ini adalah pondasi penting bangsa Indonesia. Saya khawatir salah satu hal yang mengabur saat ini adalah perspektif tentang keberadaan umat beragama sebagai pondasi mutlak bagi Indonesia," ujarnya dalam siaran pers, Senin (30/1).

Ia mengatakan tidak mau loncat pagar. Kaarena itu secara spesifik, Iqbal mengurai yang berkaitan dengan umat Islam saja. "Jadi kalau saya menguraikan pendekatan ini dalam bahasan tentang umat Islam, itu bukan berarti mau menafikan terhadap umat yang lain. Saya hanya tidak mau loncat pagar," kata dia.

Menurutnya, umat Islam merupakan pilar utama merdeka dan berdirinya bangsa Indonesia. Menjadi pilar utama keutuhan NKRI di masa lalu, masa kini dan masa depan. Itu adalah fakta sejarah, itu adalah fakta kekinian, dan itu adalah harapan fakta masa depan.

"Saya ingin menggarisbawahi bahwa kajian, telusuran, temuan, serapan aspiratif menyadarkan bahwa cinta umat Islam kepada bangsa dan negara Indonesia ini adalah cinta sampai mati," terangnya.

Ia mengistilahkan ini seperti pernikahan abadi antara umat Islam dengan Indonesia, dan tidak ada poligami di dalamnya. "Sangat serius, cinta ini sangat serius. Beberapa contoh, Muhammadiyah sampai mengangkat dalam target paling strategisnya sekarang dua kata 'Indonesia Berkemajuan'. Pada muktamar Wahdah Islamiyah lalu, mereka mengangkat tema 'Sejuta Cinta untuk Indonesia'. Dan banyak ormas Islam yang menegaskan komitmennya dalam menjaga keindonesiaan," katanya.

Ia menyadari dalam mengekspresikan cinta umat Islam terhadap Indonesia ini beragam. Ada yang menyeimbangkan antara pola amar ma’ruf dan nahi munkar. Menyeru pada kebajikan, mencegah kemungkaran. Ada juga yang memberi titik tekan pada amar ma’ruf, ada juga pada nahi munkar.

Iqbal menegaskan, satu hal bahwa pola manapun yang dipakai, apakah pola yang berimbang ataupun yang memberi titik tekan tertentu, tapi cinta itu tetap 24 karat. Tidak terkontaminasi dengan campuran apapun.

Dia mengatakan, belakangan ini muncul pihak-pihak yang ingin memisahkan Islam dengan Indonesia, terutama ketika aksi 411 dan 212. "Saya hadir di aksi 411 dan 212, lengkap dengan pin resmi. Ingin dalam posisi sebagai seorang senator melihat dimana sih radikalisme di dalamnya, ada enggak sih," ujarnya.

Iqbal mengatakan dia tak menemukan apa yang dituduhkan tersebut. Karena itu, dia menegaskan, ada kesalahan tudingan-tudingan yang diberikan orang terhadap apa yang terjadi di 411, dan itu betul-betul terbalik. "Tidak ada ya suara anti-NKRI, yang ada adalah suara 'Selamatkan Indonesia Kita'. Suara umat Islam berkewajiban menjaga keutuhan NKRI," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement