REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Kabupaten Karawang membutuhkan sedikitnya 18 ribu ampul vaksin antraks. Sebab, hewan ternak yang jadi prioritas mendapatkan vaksin tersebut sekitar 18 ribu ekor. Karawang pernah memiliki kasus penyakit antraks. Bahkan, sampai mengakibatkan korban jiwa.
Kabid Peternakan Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, Abuh Bukhori, mengatakan, wilayah ini sempat darurat antraks pada 1950 dan 1985. Saat itu, hampir seluruh kecamatan darurat penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri bacillus anthracis tersebut. Bahkan, sampai merenggut nyawa warga.
"Sejak kasus itu merebak, pemkab selalu mewaspadainya," ujar Abuh, kepada Republika.co.id, Selasa (31/1).
Karenanya, setiap tahun selalu ada vaksinasi antraks. Tujuannya, untuk mencegah munculnya bakteri mematikan tersebut. Apalagi, jika sudah ada riwayat, maka untuk menyeterilkannya dari bakteri tersebut sangat sulit. Sebab, bakterinya tidak bisa musnah.
Karena itu, setiap tahunnya hewan ternak yang ada di wilayah ini selalu divaksinasi. Pada 2016 kemarin, hewan yang divaksin baru 6.000 ekor. Satu ampul vaksin, diperuntukan bagi seekor ternak dewasa. Adapun, ternak yang masih bayi, dibutuhkan setengahnya.
Akan tetapi, lanjut Abuh, sepertinya Karawang mendapatkan vaksin antraks sekitar 8.000 ampul. Tentu saja, masih kurang bila melihat dari jumlah populasi ternaknya. Kekurangannya mencapai 10 ribu ampul vaksin.
"Jadi, akan ada skala prioritas untuk hewan yang akan divaksinasi," ujarnya.
Menurut Abuh, vaksin antraks ini merupakan kiriman dari provinsi dan pusat. Targetnya, pada tri wulan pertama 2017 ini, 8.000 ternak sudah tervaksin. Sehingga, ternak asal Karawang terjamin kesehatannya.
Hewan ternak yang ada di Karawang ini, lanjutnya, mayoritas untuk memenuhi konsumsi masyarakat lokal. Akan tetapi, pada momen-momen tertentu memang dibutuhkan ternak dari luar. Seperti, untuk hari raya ataupun hari raya haji.
"Kita juga mewaspadai peredaran hewan dari luar. Bila, ada hewan yang tak menyertakan surat sehat dari dokter, akan kita tolak," ujarnya.