REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran akan mempersiapkan diri untuk berhenti menggunakan dolar AS. Ini dilakukan setelah AS melarang warga Iran masuk ke AS melalui perintah eksekutif Trump yang dinilai diskriminatif.
Gubernur Sentral Bank Iran Valiollah Seif mengatakan, Iran akan mengganti dolar dengan mata uang asing yang umum dipakai atau menggunakan sekeranjang mata uang di semua keuangan resmi dan di laporan penukaran mata uang asing. Kebijakan ini akan mulai terasa dampaknya pada awal tahun fiskal baru. "Yakni pada 21 Maret 2017," katanya dilansir Presstv, Selasa, (31/1).
Iran mau mengganti dolar dengan mata uang asing lainnya karena marah AS melarang warga Iran masuk ke negaranya. Trump melarang Iran masuk ke AS begitu meraih tampuk kekuasaan di Gedung Putih. Iran bersumpah akan membalas dendam kepada AS.
"Iran harus memakai mata uang yang memiliki stabilitas yang jauh lebih tinggi daripada dolar. Selain itu juga mata uang yang biasa digunakan dalam perdagangan bebas," kata Seif.
Dolar, kata dia, tak signifikan dalam pertukaran uang asing di Iran. Makanya, pengganti dolar harus lebih sesuai dengan kebutuhan Iran. Selama ini Iran sering berdagang dengan Uni Eropa, Cina, dan Uni Arab Emirat.