REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Ketua Harian Perhimpunan Perusahaan dan Asosiasi (PPA) Kosmetika Indonesia Sofian Solihin menyebut Singapura merupakan pasar potensi ekspor kosmetik asal Indonesia. Karena Singapura merupakan negara transit sebelum kosmetik Indonesia diekspor lagi ke negara lain.
"Singapura merupakan negara transit sebelum kosmetik Indonesia diekspor lagi ke negara lain seperti Timur Tengah maupun Amerika Latin, sehingga memiliki potensi besar terhadap kosmetik asal Indonesia," kata Sofian di Surabaya, Selasa (31/1).
Ia mengatakan potensi itu terbukti dengan nilai ekspor kosmetik Indonesia yang terbesar adalah ke Singapura, yakni mencapai 142,11 juta dolar Amerika Serikat (AS) dengan kontribusi sebesar 15,5 persen dari total nilai ekspor nasional. Dikatakannya, total nilai ekspor perdagangan kosmetik Indonesia pada 2016 mencatatkan surplus sebesar 389,12 juta dolar AS, dengan total 916,12 juta dolar AS, dan nilai impor sebanyak 527,0 juta dolar AS.
Setelah Singapura, kata Sofian negara terbesar ekspor kosmetika asal Indonesia adalah Malaysia senilai 87,33 juta dolar AS, lalu disusul Thailand sebesar 80,27 juta dolar AS. Sementara itu, untuk jenis produk yang selama ini diekspor produsen kosmetik Indonesia adalah sabun mandi sebesar 202,94 juta dolar AS.
Kemudian, produk sabun dalam bentuk kepingan senilai 134,79 juta dolar AS, dan parfum serta cairan pewangi mencapai 109,99 juta dolar AS. "Ekspor sabun padat biasanya ke negara berkembang seperti Timur Tengah maupun India. Selain itu, produk kosmetika herbal asal Indonesia juga menjadi andalan ekspor," katanya.
Sedangkan untuk impor, tertinggi berasal dari Thailand yakni mencapai 154,6 juta dolar AS, dan nilai tersebut membuat impor kosmetik dari Thailand berkontribusi sebesar 29,3 persen. Kemudian disusul Perancis sebanyak 83,5 juta dolar AS dan Inggris yakni 40,9 juta dolar AS.
"Untuk Thailand, Indonesia lebih banyak mengimpor krim maupun lotion. Kuantitasnya memang cukup besar," katanya.