Rabu 01 Feb 2017 01:13 WIB

Seorang Ibu Hidup Selama Enam Hari tanpa Paru-Paru

Rep: Lintar Satria/ Red: Budi Raharjo
Paru-paru.Ilustrasi.
Foto: ajronline.org
Paru-paru.Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO--Seorang ibu bertahan selama enam hari tanpa paru-paru. Melissa Benoit (32 tahun) seorang ibu dengan satu putri mengalami infeksi paru-paru. Para dokter dari Toronto General Hospital, University Health Network mengambil paru-parunya selama enam hari sampai ia cukup kuat untuk operasi transpalasi donor paru-paru.

"Ini sesuatu yang berani dan menantang, tapi Melissa sekarat ketika sampai ke kami," kata Dr. Shaf Keshavjee, kepala operasi University Health Network (UHN), seperti yang dilansir dari sciencedaily.com, Selasa (31/1).

Keshavjee salah satu dari tiga dokter thoracic yang melakukan tranpalasi paru-paru Melissa. Pada awal April 2016 Melissa dibawa ke Intensive Care Unit (ICU) Toronto General Hospital dalam keadaan dibius dan sudah dipasangi ventalitor, alat bantu pernapasan. Selama tiga tahun Melissa mengidap cystic fibrosis dan meminum anti-biotik untuk melawan pertumbuhan infeksi di dadanya.

Sebelum dibawa ke rumah sakit Melissa terkena influenza. Semakin lama flunya semakin berat, batuknya semakin keras, dan mengeluarkan darah. Dr. Naill Ferguso Kepala Gawat Darurat UHN menjelaskan saat itu Melissa sudah berada di ujung gagal pernapasan.

"Ia sudah masuk kedalam spiral yang mana paru-parunya sudah tidak bisa lagi sembuh. Harapannya hanya pada transpalasi paru-paru," kata Dr Naill.

Alat bantu pernapasan yang biasa sudah tidak dapat lagi menolongnya. Untuk membantunya bernapas dan memperpanjang waktu sampai ada donor paru-paru para dokter memasangkan Extra-Corperal Lung Support (ECLS) untuk menjaga Melissa tetap hidup. Alat ini mendukung kinerja paru-paru dan jantung. Namun kondisi Melissa semakin parah.

Bakteri di dalam paru-paru menyebar dan melawan anti-biotik. Bakteri ini juga menyebar ke seluruh tubuh Melissa. Tekanan darahnya semakin turun, kejang, gejala peradangan, dan aliran darahnya pun semakin pelan. Satu per satu organ tubuhnya berhenti berfungsi.

Dr Marcelo Cypel dipanggil UHN untuk melihat perkembangan kondisi Melissa. Dr Cypel mengawasi kondisi Melissa dengan saat hati-hati. Ia mempertimbangkan dua kemungkinanan resiko kematian dengan resiko mencoba sesuatu yang belum pernah dilakukan.     

Mengakat paru-paru sesuatu yang berani tapi juga operasi yang sainstifik. Mengakat kedua paru-paru yang menjadi pusat bakteri dapat menyelamatkan nyawa Melissa.

Dr Cyple memanggil rekan-rekannya, Dr Keshavjee, Dr Tom Waddel kepada operasi Thoracic, Dr Naill Ferguson dan dokter bius Dr Mathwe Binnei. Mereka menjelaskan kondisi Melissa ke suami, ayah dan ibunya.

"Keadaan sangat buruk pada waktu yang lama, kami membutuhkan sesuatu yang benar untuk dilakukan, dan prosedur ini berita baik setelah sekian lama. Kami membutuhkan kesempatan ini," kata Chistoper suami Melissa.

Pada pukul 9.0 pagi waktu setempat operasi ini dilakukan oleh 13 orang selama sembilan jam. Saat melakukan operasi paru-paru Melissa sudah sekeras bola sepak. "Secara teknis, sangat sulit mengakat paru-paru ini dari dadanya," kata Keshavjee.

Tapi setelah paru-parunya diangkat kondisi Melissa mengalami peningkatan drastis. Ia tidak membutuhkan bantuan tekanan darah dan perlahan kinerja satu per satu organ tubuhnya meningkat.

Untuk tetap menjaga Melissa tetap hidup ia dipasangi dua alat pendukung hidup canggih di paru-paru dan jantungnya. Dua alat bantu hidup ini menyambungkan jantung dengan pipa yang diletakan di dadanya.

Alat ini bernama Novalung, sebuah paru-paru artificial yang disambungkan dengan arteri dan pembuluh darah ke jantung menggantikan fungsi paru-paru yang sudah diambil. Alat ini berkerja dengan memompa jantung, memberi oksigen di darahnya, menghilangkan karbon dioksidan, sambil menjaga aliran darah tetap mengalir.

Di saat bersamaan Melissa dipasangi extracorporeal membrane oxygenation (ECMO) sebagai alat pompa eksternal, sirkuit dan oksigenator agar ada pertukaran oksigen dengan karbon dioksida. Alat ini juga membantu sirkulasi oksigen di darahnya.

"Prosedur tranpalasi ini tidak sepenuhnya komplete karena setengahnya sudah dilakukan, paru-paru barunya berfungsi dengan sangat baik dan mudah cocok. Sempurna," kata Dr Cypel.

Beberapa bulan kemudian Melissa sudah membaik. Rambut tebalnya sudah tumbuh kembali dan ia sudah bisa bermain dengan putrinya Olivia yang berusia dua tahun.

"Satu hal yang sangat saya rindukan, saya ingin berada di sisi Chris dan Olivia, walaupun ia gampang marah! saya ingin mendengar suara Olivia, bermain dengannya dan membacakan cerita untuknya," kata Melissa.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement