REPUBLIKA.CO.ID, QUEBEC -- Lebih banyak informasi mulai muncul tentang pelaku penembakan mesjid kota Quebec, Kanada, Selasa (31/1). Menurut tetangga sekitar, pelaku yang seorang mahasiswa Kanada-Prancis itu menyewa apartemen dekat masjid.
Alexandre Bissonnette telah didakwa enam tuduhan pembunuhan dan lima tuduhan percobaan pembunuhan dengan senjata yang dilarang pada Senin. Polisi mengatakan ia bertindak sendirian namun tak merilis detail senjata yang digunakan.
Kantor siaran Kanada, RDI melaporkan pelaku menggunakan pistol 9 mm dan senjata laras panjang. Keamanan telah ditingkatkan di institusi-institusi keagamaan di wilayah pascapenembakan.
Dalam akun Facebook-nya, Bissonnette mengklaim diri sebagai penggemar Presiden Donald Trump dan politikus Prancis sayap kanan, Marine Le Pen. Ia telah pindah ke lingkungan masjid sejak Juli dan mengendarai truk.
Facebook Bissonnette sudah tidak bisa diakses sejak penembakan. Tetangga lain yang tinggal satu lantai dengannya mengatakan ia tidak pernah bicara dengan Bissonnette. Namun sering mendengar suara permainan piano.
Menurut tetangga orang tuanya, pria 27 tahun itu tinggal di apartemen dengan saudara kembarnya. Polisi masih belum merilis motif penembakan. Namun sejumlah teman dan media lokal mengatakan Bissonnette menunjukkan sentimen anti-imigran, terutama pada pengungsi Muslim.
Menurut surat kabar Montreal Le Presse, Bissonnette tidak menyembunyikan ketidaksukaannya pada Muslim selama interogasi. Sumber anonim yang dekat dengan penyelidikan mengatakan pelaku tertarik pada senjata dan berlatih menembak di sebuah klub.
Bissonnette adalah siswa ilmu sosial di Universite Laval. Kejaksaan mengatakan semua bukti belum siap namun Bissonnette akan muncul lagi di pengadilan pada 21 Februari.